Wednesday, September 18, 2013

Mengurus Student Visa Australia

Hello September!

Yup, kali ini saya mengawali usia saya yang ke-20 sekian di benua yang baru, jauh dari orangtua, adik, dan teman-teman saya. Saya menugaskan diri saya sendiri untuk studi di Australia (lha nggak ada yang nyuruh). Setelah membuat 4 macam usulan penelitian dan ditolak 7 kali oleh berbagai universitas, akhirnya Tuhan menempatkan saya di Queensland, Australia. Sekedar berbagi nih, cara mengurus visa studi Australia.

Sebetulnya kali ini saya dibantu oleh IDP (www.idp.com) untuk mempersiapkan visa, karena kesibukan saya. Berikut langkah-langkahnya:

1. Untuk bisa studi di Australia, pertama kali yang harus dilakukan adalah apply ke universitas dan program yang diinginkan. Untuk jenjang S2, di Australia ada dua macam: Master by coursework (ada kuliah) dan Master by research (tidak ada kuliah). Untuk jenjang S3, pada umumnya adalah by research, sehingga tidak ada kuliah sama sekali. Untuk mengambil program by research, yang dibutuhkan adalah koneksi supervisor. Ini yang susah, karena harus "kenal" para dosen di program yang dituju. Setelah dapat supervisor, maka biasanya aplikasi akan lebih lancar.

2. Setelah aplikasi lolos, maka tahap selanjutnya universitas akan mengirim Letter of Offer. Silakan diteliti terlebih dahulu sebelum menerima offer-nya, karena kadang-kadang ada kesalahan pada nama, alamat, dll. Kemarin saya berkali-kali protes karena nama saya tidak ditulis sesuai paspor. Offer biasanya datang bersama syarat asuransi. Kalau saya kemarin pakai OSHC dari Allianz. Untuk asuransi, biayanya memang mahal, namun itu adalah persyaratan visa.

3. Saat menerima offer inilah waktunya untuk menghubungi IDP, karena IDP perlu meminta izin universitas untuk menguruskan visa.

4. Setelah offer diterima dan dikembalikan, maka universitas akan mengirim Certificate of Enrollment (CoE), biasanya dalam bentuk elektronik (eCoE), dikirim ke e-mail. eCoE inilah yang nantinya digunakan sebagai dokumen untuk aplikasi visa.

5. Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk aplikasi visa adalah sebagai berikut:
- Formulir 157A dan 956A / 1229 / 919 (ini tergantung tipe student visa yang diajukan, kemarin saya minta IDP untuk mengirimkan link download formulirnya)
- Formulir 26 dan 160 untuk Tes Kesehatan (formulir ini kemarin saya dapatkan di tempat saya tes kesehatan; harus di dokter yang ditunjuk oleh Kedutaan Australia)
- Pas foto ukuran 4x6 (berwarna) sebanyak 2 lembar
- Surat sponsor biaya dengan materai Rp6000 berisi: nama, alamat, nomer telepon sponsor (jabatan/hubungan dengan student), dan annual income sponsor. Kalau mendapatkan beasiswa penuh, syarat yang ini diganti conditions beasiswanya.
- Bukti asli keuangan dari sponsor, salah satu atau beberapa rekening (rekening koran 6 bulan terakhir, buku tabungan 3 bulan terakhir), dengan saldo rata-rata Rp400-450 juta (tergantung biaya sekolah). Kalau mendapatkan beasiswa penuh, syarat yang ini diganti conditions beasiswanya.
- Surat referensi bank (memuat lamanya jadi nasabah dan nominal tabungan). Kalau mendapatkan beasiswa penuh, syarat yang ini diganti conditions beasiswanya.
- SIUP/TDP dan NPWP bila sponsornya wiraswasta.
- Bila student di bawah 18 tahun harus melampirkan: Guardian Letter (CAAW) dan formulir 1229, Guardian Approval, Guardian ID & Police Check.
- Copy akte kelahiran (aslinya ditunjukkan ke IDP).
- Copy kartu keluarga (aslinya ditunjukkan ke IDP).
- Surat ganti nama (bila ada)
- Ijazah dan atau raport/transkrip (aslinya ditunjukkan IDP)
- Paspor dengan masa berlaku lebih dari 1 tahun
- Letter of Offer dan CoE
- Curriculum Vitae atau activity details jika tidak ada aktivitas resmi selama 6 bulan
- Surat Referensi Kerja/Cuti/Keluar (orangtua/student) yang memuat lamanya bekerja, penghasilan per tahun, alamat, dan nomer telepon perusahaan.
- KTP
- Personal Statement yang menyatakan tujuan belajar dan akan kembali ke Indonesia setelah selesai.

6. Biaya untuk pembuatan visa student Rp5.840.000, kalau melalui IDP kemarin saya transfer ke Mandiri.

7. Kira-kira seminggu setelah menyerahkan dokumen-dokumen tersebut, HAP ID untuk tes kesehatan akan diberikan melalui e-mail.

8. Untuk tes kesehatan, yang dilakukan adalah rontgen thorax dan tes urine (sehingga kalau perempuan jangan sedang menstruasi), serta harus dilakukan di RS/dokter yang ditunjuk kedutaan. Penderita TBC harus dikarantina 6 bulan sebelum bisa berangkat ke Australia.

9. Visa akan jadi kira-kira 2 minggu setelah tes kesehatan. Visanya dalam bentuk surat (pdf), dikirim melalui e-mail, bukan ditempel di paspor. Sehingga saat dibutuhkan, visa dapat dicetak kapan saja (misalnya saat membeli tiket pesawat).

10. Sebelum mendapatkan visa, dianjurkan untuk tidak membeli tiket pesawat.

Hehe, banyak dan cukup ribet ya prosedurnya? Umumnya, urusan visa tersebut memakan waktu 1 bulan. Visa kerja atau medical student mungkin akan berbeda, oleh karena itu saya anjurkan untuk dibantu oleh lembaga tertentu.

Apabila ada pertanyaan, silakan comment di bawah, semoga saya dapat membantu menjawabnya :)  

Monday, May 27, 2013

Waisak 2013 di Borobudur


Selamat hari raya Waisak 2557 bagi umat Buddha. Semoga semua makhluk berbahagia. Hujan yang turun kemarin akan membawa rejeki dan damai senantiasa di bumi.

Terus terang, saya menulis ini karena merasa risih atas penyebaran foto crazy traveler. Menurut saya, bukannya memberitahukan hal positif mengenai Waisak (baca: mengingatkan orang), tetapi malah mencoreng seluruh turis yang kemarin mengunjungi Borobudur. Padahal tidak semua turis seperti yang ada di foto itu lho. Penyebaran foto seperti itu malah akan mengusir wisatawan yang akan mengunjungi Borobudur. Belum lagi komentar-komentar orang yang rata-rata mencela turis di Borobudur. Dengan pengelolaan yang baik, umat Buddha dapat beribadah dengan tenang dan foto itu tidak akan ada. Let me explain.

WALUBI (lembaga keagamaan Buddha) sudah menghimbau para pengunjung Borobudur untuk melapor dan mendaftarkan diri sebagai peserta/wartawan/fotografer yang akan masuk ke area ibadah. Orang/kelompok yang sudah mendaftar akan mendapatkan ID card. Saya sendiri sudah didaftarkan teman dari Magelang, sehingga saya mengenakan ID peserta. Kami hanya ingin melihat lampion, yang kalau di urutan tata perayaan di website WALUBI ada di penghujung acara (malam), sehingga kami tinggal di hotel dan baru masuk ke area candi pada senja hari dengan sudah mengenakan ID card.

Begitu sampai jalan menuju gerbang, banyak orang berdesakan di sana. Kami berusaha mengantri , namun kami terdesak kea rah gerbang yang hanya dibuka selebar 1 meter. Setelah melewati gerbang, karena ada isu bom *sigh* kami diharuskan melewati metal detector yang hanya ada 1. Ketika mengantri metal detector, pintu gerbang sudah ditutup dan baru dibuka lagi saat antrian detector sudah agak sepi. Yang saya sayangkan, petugas tidak memeriksa ID card dari WALUBI, sehingga siapa saja bisa masuk :( Termasuk turis yang perilakunya seperti si crazy traveler. Kami beruntung datang bersama teman dari Magelang yang sudah memahami prosesi Waisak, sehingga teman kami tersebut dapat memperingatkan “do” and “don’t”s selama Waisak, dan tempat yang tidak mengganggu umat yang beribadah.

Setelah lewat metal detector (ini juga petugas nggak memeriksa detail karena terlalu banyak orang, yang diperiksa cuma permukaan isi tas), kami masih harus berjalan ke pintu menuju candi. Di pintu menuju candi, baru ada pemeriksaan ID card peserta yang sudah mendaftar ke WALUBI. Tapi kok ya orang yang tidak punya ID juga bisa masuk :( #duh

Saat kami sudah di dalam, perayaan belum dimulai, sehingga kami bisa memotret dari belakang umat yang duduk di karpet. Para Buddhis muda panitia Waisak pun mengatur tempat duduk. Sebetulnya kami diperbolehkan duduk di karpet, namun kami merasa tidak enak, karena itu ibadah (banyak juga turis yang duduk di sana). Waktu itu juga gubernur Jateng menyeruak kerumunan dan menuju ke arah altar. Menteri terlambat hadir, dan karena itu perayaan molor.

Begitu perayaan sudah dimulai, kami keluar dari area ibadah dan menunggu di belakang sambil mendengarkan melalui speaker. Banyak juga kok pengunjung yang “tahu diri,” menunggu di luar area ibadah. Saat umat berdoa mengelilingi candi, kami maju mendekati area petugas kamera dan speaker dekat altar. Sampai sana, saya sedih, karena banyak turis malah naik ke altar, sehingga pemimpin ibadah pun harus mengingatkan di sela-sela doa karena para turis itu menghalangi jalan umat dan pemimpin ibadah yang akan turun dari/kembali ke altar :( (karena saya dekat speaker, saya dengar sekali), dan memang kurang ajar mereka, walaupun pemimpin ibadah sudah terganggu doanya karena menyuruh mereka turun dari altar, mereka masih di sana. Saya yang di dekat petugas kamera hanya dapat memandang dengan miris. Untung teman-teman yang datang bersama saya masih tahu diri. Kami tetap di dekat petugas kamera dan speaker hingga perayaan Waisak dinyatakan ditutup. Petugas mengumumkan bahwa karena hujan, pelepasan lampion ditiadakan. Ya sudahlah. Lebih baik begitu, karena pengunjung kali ini juga tidak tertib. Setelah perayaan selesai dan dipersilakan, barulah kami berani mengambil foto di altar.

Dari pengalaman yang saya ceritakan ini, semoga pembaca nggak meng-generalisir turis yang mendatangi perayaan Waisak sebagai “crazy traveler.” Bagaimanapun Waisak adalah event internasional yang besar di Jawa Tengah, dan orang biasanya datang melalui Yogyakarta dan Semarang. Event di suatu daerah akan mendongkrak pariwisata di daerah tersebut. Cobalah lihat event religi lain seperti umroh/ziarah di Jerusalem, Saudi, dan negara Timur Tengah lainnya, perayaan Natal dan Paskah di Vatikan, juga audiensi Paus di Vatikan. Selain di Saudi, event di tempat lainnya tidak menanyakan agama orang yang datang. Setiap orang bisa datang. Adanya event besar akan menghidupi masyarakat di sekitar tempat tersebut, oleh karena itu, event harus dipasarkan dengan baik. Cobalah pikir, kalau ada turis mendatangi perayaan Waisak, masyarakat sekitar akan diuntungkan dengan ramainya penginapan, makan, dan transportasi.

Sekali lagi, yang harus dilakukan adalah mengelola event tersebut dengan baik. Contohlah Vatikan saat audiensi Paus. Saat itu berbagai kalangan dari berbagai negara datang. Orang atheists dan orang dengan agama apapun datang dan tidak ada yang bertanya “apa agamamu?” Walaupun demikian,  event management-nya lebih tertata. Misalnya, saat akan mendatangi audiensi Paus, pengunjung dipersilakan mengambil undangan gratis di toko souvenir di Vatikan atau di gerbang Swiss Guard (seperti halnya kalau akan mendatangi Waisak, mengambil ID card terlebih dulu). Kemudian, masalah baju, secara penduduk Eropa bule, maka tak jarang orang berpakaian minim. Di sini pihak Vatikan tegas. Yang boleh masuk hanya yang memakai baju berlengan dan lutut tertutup. Selain itu tidak diizinkan masuk. Borobudur seharusnya tegas dalam hal seperti ini. Kalau Borobudur tegas, foto crazy traveler tidak terjadi. Anyway, setahu saya di Borobudur itu walaupun di dalam area candi, selalu ada security yang mengingatkan manner pengunjung. Kenapa orang di foto itu bisa lolos?! Seharusnya karena ada perayaan besar, security malah diperketat. Di pintu masuk kemarin, seharusnya cek ID dilakukan di awal, sehingga pengunjung illegal nan barbar bisa lebih ditertibkan. Altar sebaiknya dibatasi hanya untuk kalangan tertentu (diberi pagar). Itulah gunanya toleransi. Umat Buddha merupakan minoritas di Indonesia. Orang lain hendaknya membantu mengamankan Waisak, walaupun beda agama. Kalau saya sih membayangkan seandainya saya beribadah di Roma/Vatikan, para pengunjungnya malah ribut sendiri, foto-foto di altar, pasti saya akan terganggu. Sewaktu beribadah di sana dulu, juga ada orang yang foto sana-sini, hanya saja panitia tegas, dan ada pagar antara umat dengan para pemuka agama, choir, dan tamu penting yang dijaga ketat. Arak-arakan pun diatur oleh petugas, sehingga lebih tertib.

Indonesia sebagai pusat ibadah harus belajar manajemen event keagamaan. Jangan sampai kejadian itu terulang kembali. Tolong pasarkan event dengan baik, sebagai orang Indonesia harusnya bangga, dikenal sebagai pusat agama tertentu. Tidak ada salahnya menarik turis ke event religius, dan konsekuensinya harus dapat mengelola pengunjung dengan baik. Tolong jangan malah de-marketing dengan menuduh semua turis mengganggu perayaan keagamaan. Wrong. Itu akan menyurutkan Indonesia (terutama Jogja-Jateng) sebagai tujuan turis. Tolong juga jangan berpikiran “jangan datang ke perayaan agama lain” atau “jangan mengucapkan selamat hari raya ke agama lain.” Kehadiran dan ucapan dari pemeluk agama lain itu merupakan wujud dukungan, selama mereka tidak mengganggu ibadah. Stop penyebaran foto crazy traveler! Stop spreading bad news about Indonesia, let’s market our country as a peaceful and beautiful place to visit. Creating good images of Indonesia will be very helpful.

Thursday, May 16, 2013

Blackberry Suicide (?)

Two days ago I saw the business news and I was surprised: Research In Motion (RIM) made Blackberry Messenger (BBM) available for Apple and Android products. Whoa, what the h*ll are they thinking?

As a business graduate, I used to learn that a business has to keep their competitive advantage. Yes, then what is a "competitive advantage"? A simple explanation from me, competitive advantage is one thing that make people turn to you, not anyone else. Once a company has its competitive advantage, the consumers will go to that company to find what they need. In a business, there is also a core competence. It is like "what your business is mainly about?" What I have learned during my studies is never outsource your core competence, so you can control your own business.

Back to RIM case, I found that the decision is weird. It is like I saw Mr. Krab gives a krabby patty to his rival, Plankton. I remember that I bought a Blackberry phone because it has the BBM and most of my friends use it. So, it would be easier to communicate between us. The BBM thing made Blackberry phone exclusive since no other phones have BBM. The BBM has been RIM's competitive advantage. People buy the Blackberry phone because it has the BBM. Now, RIM will share their secret weapon to their rivals. What will happen to the phone sales? I guess Blackberry phone is committing suicide or cannibalized by the applications (apps), since Blackberry phone is "nothing" without BBM. As a customer, I would prefer Android phones if it provides BBM as well as Blackberry phones.

RIM has to be focus on its core competence, whether they want to offer the phone or the apps. By the decision, it seems like RIM switched into the apps business and they slowly kill the phone. In the BCG matrix system, the BBM apps would be the question mark and the phone is the dog, and had been the cash-cow before. Anyway it is just my opinion. RIM can choose its own business strategy. I hope they will not spill the milk. Let's see what will happen next, will the question mark be a star or be the dog instead.

 

Thursday, April 11, 2013

Rome - Vatican: berangkat!

Hhhh... akhirnya bisa menyempatkan nulis lagi tentang perjalanan saya. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, secara tidak terduga saya diundang untuk mempresentasikan tulisan saya di Roma, Italia. Perjuangan cari visa-nya bisa dibaca di sini. Karena saya menjadi penulis tunggal, maka saya sendirian yang diundang dan disponsori. Ber-solo karir deh, bener-bener sendirian.

Rute perjalanan ke Roma tanggal 4-10 Juni 2012 adalah sebagai berikut: Jogja - Jakarta - Doha - Roma (Fiumicino) - Doha - Jakarta - Jogja. Yup, ke Roma saya naik Qatar Airways, karena waktu itu dia yang paling murah. Kalau mau cari tiket internasional (yang pesawatnya besar-besar) bisa dicek www.skyscanner.co.id. Dari Jogja ke Jakarta, saya naik (alm.) Batavia yang penerbangan pagi, karena murah. Padahal terbang ke Doha-nya tengah malam -___- Karena itu adalah hari Minggu, maka bisa puas-puasin kencan di Jakarta (karena waktu itu ada yang diajak kencan) sebelum pergi jauh. Malam jam 21:30, saya diantar naik motor ke Terminal 2 Soetta. Karena yang mengantar belum pernah ke terminal itu, maka salah jalur dan terpaksa berurusan sama polisi :S Sampai bandara untung nggak terlambat, phew...

Waktu check-in, saya diberi kartu warna kuning yang berarti penumpang transit Doha (bukan tujuan akhir). Bagasi juga langsung diambil di Roma, nggak usah pakai ribet waktu di Doha. Kala itu saya pertama kali terbang dari Terminal 2 internasional. Biasanya di Terminal 3, hehehe. Di ruang tunggu, ternyata ada briefing pramugari, waow... bule-bule berkostum burgundy ^^ Inilah akibatnya kalau sendirian, memperhatikan hal-hal yang nggak penting.


Itu boarding pass saya dan suasana dalam pesawat (sebelum di-stop pramugari :p)

Masuk pesawat, wow lagi, karena saya belum pernah naik pesawat besar, jadinya ndeso. Tempat duduknya 2x4x2 dan kursinya dilengkapi TV yang bisa buat main game, nonton, dengar musik, alias video on demand; bahkan bisa buat SMS/telepon (tapi bayar pakai CC). Mau saya potret, tapi mbak pramugari bilang nggak boleh foto-foto. Ya sudah. Waktu berangkat ke Doha, pesawatnya sepi sampai beberapa penumpang bule bisa tidur di beberapa kursi sekaligus. Di pesawat dipinjami selimut, dikasih kaos kaki & bathroom kit. Makan juga berkali-kali. Pertama dikasih snack dan minuman, dilanjutkan main course, dessert dan minuman, sarapan mengulangi urutan yang sama, dan mengakibatkan saya nggak bisa tidur. Penerbangan Jakarta-Doha memakan waktu 10 jam. Pramugarinya ganti kostum 3x selama penerbangan. Saya duduk di sebelah mbak bule dari Rusia ^^ dia dari Bali, mau pulang ke Moscow. Kami berpisah di Doha. Kami mendarat sekitar jam 5 pagi waktu Doha, dan dia segera naik pesawat ke Moscow, dan saya menunggu 9 jam di Doha karena penerbangan saya ke Roma sekitar jam 1 siang -___-





 
Jadi foto-foto nggak jelas di Doha

Apa yang saya lakukan selama 9 jam sendirian? Yah, pertama, cari muterin keliling ruang tunggu, yah begitu-begitu saja... tokonya juga mahal-mahal. Kedua, berusaha cari colokan charger, karena saya bawa laptop dan belum buat slides untuk presentasi *mode malas* Sayangnya, lokasi colokannya nggak strategis dan sudah dimonopoli orang. Ketiga, cari tempat duduk yang nyaman di gate keberangkatan dan berusaha mencari wi-fi supaya bisa kontak orang rumah. Oh ya, karena transitnya di Timur Tengah, maka orang-orang di situ macam-macam, tanpa bermaksud rasis. Ada bule (white), Asia cina, Asia selatan, TKI dan sebangsanya, serta Afrika. Yang saya sebut terakhir ini yang "harum semerbak" sampai saya menggusur diri dari tempat duduk saya.

Selama 9 jam bengong (mau tidur nggak bisa, saya bawa laptop dan sendirian, takut laptopnya diambil orang), saya main ke kafetaria di sana yang banyak antrian, penasaran. Eh setelah browsing tentang Qatar Airways, disebutkan kalau transit "lama" bisa dapat makan gratis. "Lama" itu mungkin lebih dari 3 jam. Karena yakin transit saya termasuk "lama," maka saya menanyakan ke mbak penjaga kafetaria. Benar, ternyata saya boleh makan gratis. Makanannya nasi Arab (briyani). Lauknya boleh pilih daging ayam, sapi, kambing, atau vegetarian. Saya pilih daging sapi, plus dikasih minum cola gratis. Lumayan.

Setelah menunggu 9 jam, akhirnya saya berangkat lagi ke Roma. Penerbangan ini menggunakan pesawat yang lebih kecil, Airbus A320, seperti pesawat AA domestik, tapi ada on demand entertainment-nya. Di sini saya mulai menemukan rumus baru supaya bisa tidur: wine + jus apel :D Baru tau saya, kalau pesan minum wine di Qatar Airways, kita bakal dikasih 1 botol kecil, GRATIS *grin.* Penerbangan Doha - Roma memakan waktu sekitar 6 jam. Yup, dengan banyaknya sesi ngemil - makan - minum, maka saya jadi mencoba berbagai wine mereka: anggur merah Perancis, anggur putih Perancis, dan anggur putih Chile. Ini sekilas ulasannya. Okay, saya nggliyeng sendiri minum kayak gituan, hahaha...

Pesawat dari Doha ke Roma

Pesawat mendarat mulus di Fiumicino sekitar jam 7 sore (masih terang-benderang!). Bandara di Roma ada 2: Fiumicino (atau Leonardo Da Vinci) dan Ciampino. Sampailah saya di Eropa untuk pertama kalinya. Setelah mengambil bagasi, saya menuju ke pemberhentian kereta menuju Termini (sentral-nya MRT Roma) untuk kemudian naik MRT menuju Lepanto station karena saya tinggal di Happy Days Hostel, dekat Vatican. Naik kereta dari bandara kalau nggak salah ongkosnya 14 euro. Sayangnya, waktu saya datang, keretanya masih lama datangnya (masih harus menunggu 30 menit), sehingga saya ditawari naik van seharga 15 euro. Ya sudahlah, naik van, karena masih harus mencari letak hostel dan keburu malam.

"selamat datang di Roma" dan lorong bandara Fiumicino

Sampai di Termini, saya segera mencari MRT dan yang menjual tiket mingguan. Setelah putar-putar sana-sini bawa barang berat, akhirnya saya menemukan petugas yang bisa memberi petunjuk cara membeli tiket di mesin. Harga tiket untuk seminggu kalau nggak salah 16 euro. Bisa dipakai sepuasnya selama seminggu. Akhirnya bisa naik MRT menuju Lepanto.

Dari stasiun Lepanto, saya masih harus mengandalkan peta untuk menemukan hostel. Terseok-seok, saya mencari Via Cola di Rienzo. Setelah ketemu, saya masih harus jalan agak lama untuk mencapai nomer 217. Gedung hostelnya tua, lift-nya kuno sekali, masih pakai kayu. Hostel itu ada di lantai hampir paling atas. Dari depan pintu hostel, saya mendengar suara musik yang keras. Saat dibukakan pintu, saya bisa lihat, ternyata ada party, uhuy... Waktu check-in, nggak taunya masih harus bayar pajak penginapan 1 euro per hari -__-



*ini foto pas pagi* yang di atas hostel dari depan, lift kuno, dan kamar saya

Lanjut, saya menempati 1 kamar yang isinya 10 orang cewek-cowok. Colokan Italia ternyata sama seperti Indonesia, jadi nggak perlu adaptor. Yang bikin rame, ternyata ada free pasta dan SANGRIA, hohoho... Sangria dibuat dari tequila yang ditambah buah-buahan, seperti koktail gitu. Saya juga baru tahu dibilangin penjaga hostel. Karena saya datang sudah gelap, sangria-nya habis, dan malah saya dibukakan botol besar yang baru, suruh habiskan... wedew... saya "cuma" minum setengah botol. Blub. Habis itu diajak jalan-jalan lihat sekeliling sama si penjaga hostel... sempoyongan. Dia malah traktir saya bir... haha, malam pertama di Roma akhirnya diisi dengan mual-mual >.< Jangan ditiru ya... Sungguh nggak enak rasanya. Karena saya sempoyongan, maka penjaga hostel itu membimbing saya jalan pulang ke hostel, habis itu tepar sampai pagi. Untung saya masih sadar, jadi nggak diapa-apain. Forgive me, o Lord...

Okay, cerita berikutnya bersambung ke post berikutnya juga ya...

Thursday, March 14, 2013

Langkawi

Langkawi, apa itu?! Mungkin belum banyak yang tau tentang tempat yang bernama Langkawi ini. Langkawi adalah sebuah pulau di Kedah, Malaysia. Kalau dilihat di peta, ada di semenanjung (peninsula) sebelah utara, dekat Thailand.

Awal Mei 2012 lalu, saya jalan-jalan hemat bersama seorang teman ke Langkawi. Rutenya Jogja-Jakarta-Penang-Langkawi-Kuala Lumpur-Jakarta-Jogja. Panjang ya? Hehehe, dan bisa ditebak, itu akibat promo salah satu maskapai. Saya bertemu partner jalan saya di Bandara Soekarno-Hatta, karena dia tinggal dekat Jakarta. Waktu itu jadwal penerbangan kami ke Penang sekitar jam 5:30 pagi, sehingga saya memutuskan untuk menginap di Terminal 3 Soetta. Malamnya, teman saya menemani menginap di bandara, lalu paginya terbang ke Penang.

Sesampainya di Penang, kami punya waktu 4 jam sebelum terbang ke Langkawi. Daripada tinggal di bandara Penang yang nggak ada apa-apanya, mendingan jalan. Kami menaiki bis (kalau nggak salah) 401E dari seberang pintu exit bandara. Bis 401E itu menuju ke KOMTAR alias Kompleks Tun Abdul Razak. Sopir bisnya ramah, jadi kami nggak nyasar. Perjalanan ke KOMTAR butuh waktu sekitar 1 jam. Setelah berputar-putar sebentar, kami naik ke lantai 60 menara KOMTAR dengan membayar RM10, untuk melihat pemandangan Penang. Setelah itu, cari makan di mamak (orang Malaysia biasa menyebut warung makan India dengan sebutan itu). Jalan balik ke bandara juga membutuhkan waktu 1 jam. Bisnya sama, dan ditunggu dari KOMTAR. Yang perlu diperhatikan, bis ke bandara itu jarang-jarang, jadi kalau bisa jangan mepet. Kami sudah hampir pindah ke taksi ketika bis akhirnya datang. Siplah, 4 jam = 1 jam jalan ke KOMTAR +1 jam di KOMTAR + 1 jam balik ke bandara + spare time di ruang tunggu bandara.
lantai 60 KOMTAR


Sampai Langkawi, waktu sudah siang. Kami naik taksi ke Langkawi Cable Car di Gunung Matcincang karena lebih dekat. Tarif taksinya sudah standar, RM24 ke Cable Car, RM18 ke daerah Pantai Cenang (penginapan yang kami sewa di daerah sana, namanya Rainbow). Kami memutuskan ke Cable Car terlebih dahulu karena kami nggak yakin kalau persediaan sepeda motor di rental masih ada. Saya sudah menelepon beberapa rental dan habis semua motornya.

Langkawi cable car menerapkan tarif yang berbeda. Untuk selain WN Malaysia, tarifnya RM30 (dewasa). Sewaktu naik cable car sampai atas, nggak boleh bawa botol minum. Botol harus dititipkan di loker dekat penjaga tiket. Sebaiknya ditandai, karena banyak botol di sana. Pemandangan selama perjalanan mendaki Gunung Matcincang bagus ^^ Di atas cuacanya berkabut dan dingin. Sebetulnya ada jembatan menjorok yang bagus juga, tapi sayangnya sedang dalam perbaikan saat itu. Oiya, Langkawi cable car ada jadwal maintenance-nya. Jadi selama maintenance, mereka tutup. Jadwalnya bisa dilihat di sini. Ada sekitar 2-3 pemberhentian selama naik cable-car.
it's me :p

a view from the cable car

the cable car

 Langkawi Skybridge

Setelah naik cable car dan foto-foto di atas, kami melihat-lihat sekitar, lalu pergi ke penginapan naik taksi. Sampai penginapan, kami malah dikasih kamar untuk berdua, bukan dorm seperti pesanan kami. Sebetulnya harganya lebih mahal, tapi waktu itu kami nggak perlu membayar lagi. Tempatnya lumayan enak. Penjaga penginapannya cewek tomboy, namanya Kak Leo. Rainbow juga menyewakan motor dan karena kami datangnya agak sore, motornya malah tersedia :) Yaudah, akhirnya kami menyewa motor matic seharga RM25 untuk sehari. Setelah dibelikan bensin kira-kira RM2 (orang sana nyebutnya "petrol" dan mengisi sendiri di pom), kami naik motor ke Dataran Lang (tempat patung elang, maskot Langkawi) dan menikmati sunset di sana. Letaknya di daerah Kuah, cukup jauh dari Cenang, seperti memutari pulau, lewat pinggir pantai.
Sunset di Dataran Lang bagus untuk foto siluet :p

 Dataran Lang, Kuah Town

Selain ke Dataran Lang, mumpung ke daerah Kuah, kami sekalian berbelanja miniatur minuman keras yang botolnya lucu-lucu di duty-free shops yang banyak di Kuah. Shop yang terkenal adalah Coco Valley (ini di Pantai Cenang juga ada). Oiya, di sana nggak ada sistem tukang parkir gitu, jadi nggak rese kayak di Jogja. Pokoknya taruh motor rapi dan dikunci. Duty free shops di Kuah rata-rata tutup jam 9 malam. Kami dinner masakan cina di Kuah. Balik ke penginapan udah malem, dan kami harus siap-siap dijemput van jam 8 pagi untuk Island Hopping tour. Untuk tour itu biayanya per orang RM25 (ini keberuntungan, dapat murah, biasanya RM35).

Sesuai yang dijanjikan, van sudah datang jam 8 pagi. Setelah menjemput peserta tour lain di guesthouse yang berdekatan, kami pergi ke pier tempat perahu motor sudah menunggu. Perahunya ngebut >.< sampai loncat-loncat kayak jetski, tapi pemandangannya bagus, lautnya biru, banyak tebing dan gua juga. Island Hopping tour mengunjungi 3 pulau. Pulau pertama adalah Dayang Bunting, karena dari kejauhan (bisa dilihat dari perahu motor), bentuk bukit-bukitnya seperti wanita hamil.
Langkawi Pier untuk Island Hopping

Di Pulau Dayang Bunting, kami harus lewat jalan setapak menuju danau. Di danau itu ada fasilitas untuk berenang, ada juga perahu kayuh dan perahu motor kecil kapasitas 2 orang. Kami main perahu kayuh dan itu melelahkan ^^;;; (tadinya mau main canoe, tapi sudah nggak tersedia, terus yang pakai mesin sewanya mahal). Eh iya, kami sering dikira orang Sabah di sana -__-
Tasik Dayang Bunting

Pemberhentian selanjutnya di sekitar Pulau Singa Besar (nggak berhenti di pulaunya karena untuk restorasi mangrove). Di sana, kami disuguhi pemandangan eagle-feeding alias memberi makan elang. Tukang perahu menyebar ikan dan para elang mendekat. Keren sih :)
eagle-feeding


Pemberhentian terakhir adalah Pulau Beras Basah. Di pulau ini bisa berenang dan snorkeling, tapi sayangnya nggak ada kamar ganti. Kami nggak jadi renang-renang deh (padahal sudah pakai rangkap baju renang)... Cukup mainan ayunan di tepi pantai.
Dermaga Beras Basah


Tour selesai sekitar jam 1 siang. Setelah tour, kami makan siang di rumah makan dekat-dekat situ, ke pantainya, terus mampir ke Coco Valley Pantai Cenang. 
Pantai Cenang


Sore harinya, setelah mandi, kami ke bandara, terbang ke KL. Di KL, rencananya kami mau naik bus ke Genting yang paling pagi. Saya sudah titip beli tiket ke teman saya yang sedang S2 di KL. Saya dan teman saya janjian mau ketemu di stasiun LRT jam 6 pagi (karena LRT baru mulai beroperasi jam 6). Well, sebetulnya ini nggak menyenangkan dan saya nggak enak banget sama pertner jalan saya. Tadinya kami tidur sebentar di bandara dan karena takut nggak ada bus ke KL Sentral, kami naik bus jam 2 pagi. Jam 3 pagi sampai KL Sentral dan kami tidur di massage chair yang kosong di kegelapan (karena lampunya sudah dimatikan). Jam 4, kami disuruh pindah sama satpam dengan alasan keamanan. So, akhirnya kami ke McD. Teman saya tidur di McD dan saya ngobrol dengan 2 backpackers, eh yang backpacker 1 ding, orang Amerika, yang 1 businessman kertas, orang Afghanistan.... dan akhirnya saya nggak tidur sampai LRT beroperasi dan kami mengambil tiket, lalu naik bus jam 8 ke Genting. Cable car-nya Genting waktu itu nggak beroperasi (kata teman saya ga ada tiket cable car dijual). Nggak enaknya lagi, Genting berkabut. Alhasil nggak ada yang bisa dilihat. Kami akhirnya naik wahana yang seolah-olah terbang itu (lupa namanya). Udah, itu aja, sama foto-foto. Karena saya menyebalkan, partner jalan saya merasa nggak cocok dan kapok pergi bareng lagi :( Malamnya, kami balik ke Jakarta dari KL, dan pagi-pagi jam 6 saya terbang ke Jogja... Goodbye...

Wednesday, February 27, 2013

Travel Game

Untuk mengusir bosan, iseng main game ini, eh ternyata menarik juga :p


Traveler IQ

The Traveler IQ challenge ranks your geographic knowledge against 9,594,898 other travelers. Brought to you by TravelPod, a member of the TripAdvisor Media Network

Wednesday, February 20, 2013

Management Assignment 2005 - Planning

I teach management for pharmacy students this term, so I opened my archive and I found this! LOL, that's funny, because I didn't think I will travel abroad that time. Even my first flight was when I graduated in 2009.



M. D. Dipta Dharmesti (15690)
Dranantya I. Wirawan (15701)


TUGAS MANAJEMEN SEMESTER PENDEK 2005

Tugas   : Buatlah format rencana yang baik menurut Anda.
Jawab  :
Format rencana yang baik menurut kami, contohnya:
  1. Nama Rencana
Rencana Berlibur Ke Bangkok, Thailand
  1. Tujuan
-          berlibur bersama anggota kelompok selama lima hari, mulai hari Kamis, 29 Desember 2005 sampai hari Senin, 2 Januari 2006.
-          mengunjungi tiga tempat di Bangkok, Thailand, yaitu:
·         Grand Palace
·         Pasar Terapung Damnoen Saduak
·         Kuil Wat Po
dalam waktu tiga hari.
  1. Keadaan Saat Ini (Faktor Pendukung dan Hambatan)
Saat ini, keadaan Indonesia maupun Thailand relatif aman. Pemerintah Indonesia tidak mengeluarkan travel warning terhadap Thailand. Kurs mata uang juga relatif stabil. Keadaan ini dapat membantu upaya kami dalam mencapai tujuan.
Hambatannya yaitu, pada hari-hari tersebut jadwal kegiatan universitas belum diketahui, sehingga waktu berlibur dapat berubah. Selain itu pembuatan paspor juga akan memakan waktu. Cuaca di Asia Tenggara saat ini juga sedang tidak stabil, sehingga jika cuaca buruk, akan lebih susah untuk mengunjungi objek wisata di Bangkok.
  1. Alternatif “Skenario”
a.    Tidak mengikuti tur (berangkat sendiri)
Dari FE UGM Yogyakarta, naik taksi ke bandara Adisucipto, naik pesawat ke bandara Don Muang Bangkok, naik airport bus ke penginapan (Sukhumvit). Untuk mencapai tiga tempat tujuan dapat menggunakan tuk-tuk atau Skytrain. Saat pulang, naik bis hingga bandara Don Muang, lalu naik pesawat ke Yogyakarta.
Kebaikan    : Lebih bebas menentukan waktu dan acara
Keburukan : Akomodasi diusahakan sendiri
b.    Mengikuti layanan tur
Kebaikan    : Jadwal teratur, akomodasi terjamin
Keburukan : Tidak bebas menentukan acara dan waktu
  1. Rencana Tindakan Untuk Mencapai Tujuan
Kami memilih Skenario A karena pertimbangan jadwal kuliah dan waktu pelaksanaan. Skenario A memungkinkan kami menyesuaikan waktu dengan jadwal universitas. Rencananya:
Kamis, 29 Desember 2005
07.00   Berkumpul di kampus FE UGM Yogyakarta
08.00   Berangkat ke bandara naik taksi
09.00   Tiba di bandara, naik pesawat ke bandara Don Muang
14.00   Tiba di Bangkok (karena kemungkinan transit di Jakarta/Singapura), naik airport bus ke penginapan di Sukhumvit
16.00  Sudah berada di penginapan, istirahat
Jumat, 30 Desember 2005 – Minggu, 1 Januari 2006
Mengunjungi tiga tempat tujuan, berangkat dari penginapan pukul 08.00. Untuk hari Sabtu, 31 Desember 2005, pukul 23.00 mengikuti perayaan tahun baru di pusat kota.
Senin, 2 Januari 2006
08.00   Check out dari penginapan, menuju bandara Don Muang
10.00   Naik pesawat ke Yogyakarta
15.00   Sampai di Yogyakarta, pulang ke rumah masing-masing dengan bis/taksi.

  1. Anggaran
(Untuk setiap orang)
Transportasi keseluruhan                                             Rp 4.000.000,00
Biaya penginapan                                                        Rp    182.000,00
            (1 malam 500-700 Baht, 1 Baht = Rp260)
Lain-lain                                                                      Rp 1.500.000,00
Total Anggaran                                                           Rp 5.602.000,00
  1. Implementasi Rencana dan Evaluasi
Rencana ini membutuhkan waktu kurang lebih lima hari dan biaya kurang lebih Rp 5,6 juta untuk setiap orang.
Keberhasilan mencapai tujuan dapat dilihat dari tempat yang berhasil dikunjungi dan waktu yang digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut. Apabila waktu yang digunakan kurang dari yang ditentukan (toleransi 5 jam), maka akan semakin baik.

(Format ini adalah pengembangan dari format menurut John R. Schermerhorn, Jr.)