Sunday, November 6, 2011

I am a keyboardist

Pas buka-buka file, nemu beberapa project rekaman lama sama beberapa band, wkwkwk... Lagu-lagunya buatan teman-teman di FEB. Daripada ilang, mending diback-up di sini aja :p

1. Lostbrain - Grown
Lagu ini ciptaan Raymond, jurusan Ilmu Ekonomi '04. Aku jadi keyboardist merangkap backing vocal di project ini. Sayang, file ini bukan versi final record, permainan keyboard belum dimasukkan di sini >.< Vokalis utamanya Cita, temanku sejak SMP, jurusan Manajemen '04. Sekarang dia lagi diekspor ke Norwegia :))



2. The Gudeg Incidence - 27 Mei
Lagu ini ciptaan Eri & Jauhari, dua orang IE'04. Jauhari merangkap music director. Aku lumayan banyak bermain di sini hehehe... Sayang, efek back sound-nya Jauhari malah mengganggu musik... ngiiiinggg >.< Waktu launching album kompilasi ESB, banyak yang ngira kalau aku jadi backing vocal juga :p Padahal bukan, hehehe, itu Xave, teman Manajemen '04 yang sekarang bertugas jaga saham di BEI ^^ Waktu rekaman kita di studio sampai pagi soalnya baru dapat giliran take sekitar tengah malam, hohoho....
Lagu ini bercerita tentang gempa Jogja yang waktu itu baru saja terjadi...


3. Rock Prayers - Tonight
Ini salah satu lagu romantis yang diciptakan sahabatku, Eri #ehm, lagu buat siapa nih Er? :p#
Aku lebih suka yang versi ini daripada yang versi full wkwkwk.... Di lagu ini aku jadi keyboardist. Entah kenapa teman-teman dulu lebih suka aku jadi keyboardist daripada main alat musik yang lain >.< Hmm, yang jelas aku suka lagu Tonight ini, sampai bikin cover-nya hahaha... Sampai sekarang aku masih sering nyanyi sama Eri, cuma beda aliran. Kita pindah aliran jadi penyanyi klasik, hahaha... Akupun juga jadi jarang main keyboard selain keyboard komputer yang kumainkan setiap hari...

Saturday, November 5, 2011

Banci-banci di Keuangan

Sesuai judulnya, tulisan ini mengingatkan kalau di konsentrasi manajemen yang paling eksak, keuangan, juga ada yang GeJe. Lho, kenapa GeJe alias hybrid alias "banci"? Jawabannya, karena tidak terklasifikasi. Nggak jelas mau dimasukkan kelompok mana.
Kaki siapa ini? Cewek atau cowok? :D

Di financial management, pembahasan ini masuk ke dalam hybrid financing. Untuk dapat beroperasi, perusahaan membutuhkan biaya dan sumber pembiayaan. Hybrid, karena sumber pembiayaan perusahaan ini tidak dapat diklasifikasikan, mau dibiayai menggunakan utang atau modal sendiri (equity).

Setahu saya, ada 3 banci yang sering dibahas di keuangan (mohon ditambahi kalau ada yang tahu lebih banyak, hehe...). Here they are:

1. Leasing alias sewa bunga
Alasan utama leasing terjaring dalam kategori banci adalah karena secara akuntansi leasing tidak masuk dalam neraca, juga tidak termasuk capital (kecuali capital leases, itu saja dimasukkan ke dalam utang, padahal leasing kan "menyewa" :). Oiya, kalau yang belum tahu, leasing itu secara garis besar ada dua: capital leases, yaitu kalau kita nggak punya mesin, terus lease ke perusahaan pengadaan mesin, biar mereka yang beli & mengeluarkan cost of owning, kita tinggal "sewa" mesin itu, terus lama-lama mesin itu jadi milik kita, kalau "angsuran"nya sudah hampir lunas atau di akhir periode leasing. Jenis yang lain ada operating leases, mirip, cuma lessee (penyewa) tidak akan mempunyai hak untuk memiliki mesin tersebut. Leasing ini berguna untuk "mengejar" kemajuan teknologi. Perusahaan tidak perlu membeli langsung untuk menikmati suatu teknologi produksi tertentu....

2. Preferred stock
Stock itu kan saham, tapi preferred stock itu saham yang aneh. Pemegang saham ini menerima dividen yang jumlahnya tetap. Padahal kalau saham biasa, dividen yang diterima kan sesuai dengan kinerja perusahaan. Nah, karena dividen preferred stock tetap, maka mirip dengan sifat bunga utang. Seolah-olah perusahaan utang ke investornya & bayar bunga (kayak obligasi aja). Tapi ini saham lho, bukan utang. Saham adalah bukti kepemilikan seseorang atas suatu perusahaan. Orang invest ke sana, jadi masuk sebagai modal. Jika perusahaan tidak membayar dividen preferred stock, maka dividen untuk saham biasa tidak boleh dibayarkan. Nah lo, gimana mau disebut "utang" kalau seperti itu? Intinya, konsep preferred stock ini juga GeJe, mau dimasukkan modal atau utang.

3. Warrant & Convertible Warrant
Bagi yang belum tahu, warrant itu hak untuk membeli saham perusahaan, dengan harga tertentu di masa mendatang. Mirip dengan option, tapi jangka waktunya lebih panjang. Warrant biasanya diperlakukan sebagai bonus kalau orang beli obligasi. Bagi yang belum tau lagi, obligasi itu surat utang perusahaan. Dengan membeli obligasi, perusahaan berhutang ke kita dan wajib membayar bunga. Nah, dengan membeli sekian lembar obligasi, maka bonusnya warrant. Termasuk aneh, soalnya obligasi itu utang, tapi bonusnya warrant, masuk ke modal. Lebih aneh lagi convertible warrant, sesuai namanya, dalam jangka waktu tertentu, si warrant bisa berubah jadi saham. Aneh ya? Hehehe... Makanya disebut "banci" soalnya seperti transgender, bisa berubah dalam jangka waktu tertentu.

Saya baru bisa menjelaskan 3 banci, mungkin teman-teman pakar keuangan bisa menambahkan penjelasan saya karena konsentrasi saya sebetulnya di pemasaran, tapi malah dengan ngawur-nya merambah ke keuangan, hehehe...  

Friday, November 4, 2011

Ex-Man

Pagi-pagi nggak sengaja dengerin radio, eh ada lagu ini... Bikin nostalgia & mellow di pagi hari. Rasanya masih *jleb* #eaaaa kalau dengar lagu Ex-Man hahaha... (ex-men lah buatku :p). Enjoy!


Es Nanas - Ex Man

Terkadang berat melepas kau pergi
Ku bertanya mungkinkah kau sadari
Bumi berputar
Cuaca berganti
Dan ku tahu hatimu telah menepi

Reff :
Thanks to the ex man for the beautiful moment
And thanks to the ex man for the lesson I've learned..


Ku bertanya apakah kau mengerti
Betapa aku tetap menyayangi
Begitu banyak yang telah dijalani
Dan tak mungkin mengaharapmu kembali

Back to Reff

Terkadang berat melepas kau pergi 
dan ku tahu hatimu hatimu t'lah menepi
Bumi berputar
Cuaca berganti
Dan ku yakin tak perlu ku sesali

Back to Reff
 

Imaginary Case: Business Valuation Approaches for Garuda Indonesia (ESOP Case)

As an analyst I wonder if I were doing a business valuation for GIA. A foreign business consultant asked me to do a valuation case for GIA, as an internship requirement. Here is my "imaginary case" based on my daily job as a business analyst, L.O.L. #ngawurmode


Business valuation reports can be made for several purposes: estate (property) and gift taxes, Employee Stock Ownership Plans (ESOPs), stock options, marital dissolution (according to a certain country/state regulation), intangible assets and goodwill, partnership and shareholder buyouts, bankruptcy, and reorganization of a company. When involved in a legal case, clients can also ask a business valuation company for litigation support and expert witness testimony. Basically, there are three approaches to determine the value of a business: income approach, market approach, and asset approach.


The business valuation approach depends on the purpose and the client’s case. For example, if Garuda Indonesia (or “the Company”) wants to share ESOPs. An ESOP is a defined contribution employee benefit plan that allows a business owner(s) to sell all or part of their closely held company to employees. ESOPs are usually given to employee(s) who is/are close to retirement. Garuda Indonesia sets up a trust fund to establish an ESOP and contributes new shares of its own stock or cash to buy existing shares. The trust is governed by a trustee(s) selected by Garuda Indonesia’s Board of Directors. When issuing ESOPs, Garuda Indonesia has to consider Indonesian ESOP’s regulation. In American case, according to Employee Retirement Income Security Act (ERISA) of 1974 and amendments, the ESOP trust cannot pay more than fair market value for the company stock that is purchases from the selling shareholder. If Indonesia has a specific ESOP regulation, then the company has to obey the rules. Business valuation is important to determine the fair market value of Garuda Indonesia.


A business appraiser or an analyst must consider the stockholders’ control and also the marketability to adjust the interest that is being sold to ESOP. A control premium will be used depending on how soon control will pass to the ESOP and how market conditions affecting Garuda Indonesia’s stock.


A business valuation is based on a certain valuation date. To do the business valuation, appraisers need some information from Garuda Indonesia, such as company profile, ownership (outstanding stocks, ESOPs, etc.), and financial statements. Company profile is important, because by knowing Garuda Indonesia’s business, appraisers can see the Standard Industrial Classification (SIC) which is used to determine the risks (beta) applied, competition environment, markets, and to obtain several subscribed data (merger and acquisition transactions and public company guidelines). Appraisers have to calculate the Company’s taxes and risks (discount rates), and also make some financial projections of the Company. Garuda Indonesia’s risks consist of risks taken from database (market/industrial risk) and the Company’s specific risks, like from financial statements, commercial aviation market/industry trends, customers, competitors, key management, etc. Then appraisers use the tax and discount rates to calculate weighted average cost of capital (WACC), a method to obtain the Company’s value. The other methods are merger and acquisition (M&A) and public company (PC) guidelines. Appraisers (analysts) will collect other companies’ M&A transactions and PC data which are similar to Garuda Indonesia’s. Then, analysts give weight or score the data based on the similarity to Garuda Indonesia. The selected average or median can be used to determine the value of the Company. In an ESOP case, analysts give weight to WACC, M&A method, and PC method, and then calculate the fair market value (FMV) of Garuda Indonesia.


Garuda Indonesia’s business valuation report will consists of:

  1. Garuda Indonesia’s history
  2. Business overview
  3. Products and services
  4. Customers
  5. Competition
  6. Current status
  7. Management profile
  8. Ownership (stockholders) and taxation status
  9. Economic outlook of Indonesia
  10. Commercial aviation industry analysis and forecast, also other related industries.
  11. Financial statement analysis
  12. Business valuation methods
  13. Fair market value conclusion
  14. Exhibits to show the calculations
A draft for factual content review will be sent to Garuda Indonesia, and the Company has to review the report, before the business valuation company fixed the report into final.