Saturday, July 23, 2011

Macau (Again!)

-Sambungan dari 3 Hours in Shenzhen-

Selasa, 15 Februari 2011, pagi-pagi jam 7.30, di tengah udara Hong Kong yang dingin saya dan Tias sudah keluar penginapan untuk menukarkan Octopus Card dengan deposit kami, kira-kira HKD 50. Sebelum ditukar, sisa HKD 6 di Octopus itu kami gunakan untuk beli sarapan di 7Eleven. Lumayan, bisa dapat semacam bakpao daging 1 biji :)
Saya dengan bawaan lengkap di tepi dermaga HK ^^

Dermaga HongKong

 Tias di depan toko sekitar dermaga

Kira-kira jam 8 pagi, kami check-out lalu jalan ke pelabuhan. Wah kalau begini sudah mirip turis kesasar soalnya bawaan kami jadi bertambah :p Kami berputar-putar dulu di sekitar pelabuhan (ngeles kalau nyasar :)) sambil cari cokelat Valentine. Putar-putar sana-sini sampai ke kantor informasi turis, eh nggak nemu toko cokelat yang menarik. Ya sudah, jalan saja ke pelabuhan, eh malah nemu toko cokelat lucu-lucu di harbor ^^. Kami menyeberang ke Macau naik Cotai Strip seharga HKD 136. Lebih murah daripada First Ferry dengan fasilitas kurang-lebih sama. Satu jam di lautan, sampai juga di pelabuhan Macau sekitar jam 10 siang. Begitu sampai pintu luar pelabuhan, banyak pemuda-pemudi necis membawa papan iklan hotel dan casino, berikut shuttle bus-nya. Kami mencari-cari shuttle bus Grand Lisboa, salah satu hotel-casino yang terkenal di Macau. Nebeng shuttle bus itu gratisan, sampai juga kami ke Grand Lisboa.
Ini yang namanya Grand Lisboa

Berikutnya, berbekal peta dan kompas, kami mecari-cari penginapan yang sudah kami pesan, Augusters Lodge. Dengan susah payah kami mencari Rua do Dr. Pedro Jose Lobo. Di Macau ternyata cukup banyak pendatang. Di tengah kebingungan cari "rua" (jalan) itu, ada orang (mungkin orang Afrika) menyapa kami lalu membantu kami mencari Augusters Lodge. Setelah ketemu penginapannya, orang itu memberi kontak. Ternyata namanya Mr. Piano (alat musik itu, hahaha...). Thank you, Mr. Piano :)

Augusters Lodge penginapannya kecil, tapi nyaman. Sampai di sana, kami disambut sang pemilik, Richard. Di Augusters, kami harus menyetor deposit (Lupa jumlahnya, HKD 100 atau berapa, mungkin Tias ingat, soalnya pakai uangnya :p Deposit dikembalikan sewaktu check-out). Karena masih "buta" Macau, saya ngobrol sama Richard, 2 cowok Inggris (turis juga), dan 1 cowok Belanda (dia ini lagi cari kerja di Macau :). Richard menyarankan kami untuk mengunjungi beberapa tempat yang "wajib" dikunjungi kalau ke Macau, antaralain: Macau Museum dekat St. Paul's Ruins, Senado Square, Fisherman's Wharf, dan The Venetian (yang terakhir ini kata Richard, "It's very good for you, girls, you can order everything there!", hehehe...). Richard ramah sekali, dia orang Katolik dari Bangladesh (langka!). Selain Richard, ada ibu-ibu Filipina (mungkin istrinya si Richard, hehehe), dan 1 maid Filipina yang ikut menjaga penginapan. Di Augusters minum gratis, teh atau kopi, kita bisa memasak di dapur. Kalau kehabisan sabun atau shampo, di sana juga ada sabun dan shampo gratis.

Tujuan pertama kami adalah kompleks St. Paul's Ruins, Macau Museum, dan Senado Square yang kata Richard bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Si cowok-cowok Inggris juga ikut dengan kami karena mereka juga buta arah, haha... Sekali lagi, berbekal peta dan kompas, kami berjalan-jalan. Pertama, si bule yang di depan karena katanya sudah pernah ke objek wisata itu. Tapi lama-lama seperti rombongan turis kesasar, belum lagi jalannya naik-turun curam. Susah juga menyamai langkah kaki bule-bule yang tinggi itu. Nah, berhubung kesasar berjamaah, kami bertanya pada polisi yang sedang bertugas di tengah jalan (orang Macau sedikit yang bisa bahasa inggris, jadi kami tanya si polisi, kami sedang ada di mana :p). Waktu lihat peta kami, itu polisi aja mikir, sedang di titik mana... Akhirnya dia menunjuk suatu titik di peta dan menggunakan kompas, kami kembali menelusuri jalan. Ha.. kali ini cewek Indonesia yang jadi ketua rombongan :p Sampai tengah, kami bingung lagi, tidak ada tanda-tanda pintu masuk objek wisata. Akhirnya saya bertanya kepada seorang nenek menggunakan bahasa isyarat. Setelah si nenek menunjukkan arah, saya cuma bilang "xie-xie" (terima kasih), eh setelah itu si nenek mengira saya bisa bahasa mandarin dan cerita macam-macam... Hee.. Ya udah dengarkan saja sambil jalan (padahal nggak ngerti apa yang dibicarakan, hahaha..). Eh tau-tau nyampe di Macau Museum, setelah masuk-masuk gang dan mendaki, hohoho... Sampai museum, saya dan Tias berpisah dengan 2 cowok Inggris yang membuat kami tersesat itu :p

Macau Museum terletak di atas bukit, sehingga dari pagar meriam museum, kami bisa melihat kota Macau yang indah. Di sana juga disediakan teleskop kuno besar untuk melihat kota. Di bawah museum ada St. Paul's Ruins, reruntuhan gereja yang tinggal tembok depannya saja, bangunan khas Macau. Kami foto-foto di sana bersama ratusan pengunjung. Rebutan cari spot yang bagus, termasuk foto sama panda ^^ (ada maskot panda besar sekali). Setelah itu, kami ke Senado Square, alun-alun kota yang banyak bangunan ala Portugis-nya. Tak lupa Tias membeli eggtaart, kue khas Macau yang terbuat dari kuning telur (1 kue terbuat dari 4 kuning telur). Nggak heran, sepotong kue harganya bisa 8 MOP (sekitar Rp10 ribu), padahal kuenya kecil. Saatnya menuju objek wisata berikutnya: Fisherman's Wharf.

 I shot the Grand Lisboa from the Macau Museum

Teleskop museum untuk lihat kota dari atas 

 Museu de Macau

 Tias di depan St. Paul's Ruins

Foto sama Panda ^^

 
Senado Square

Kami berjalan kembali menuju Grand Lisboa, lalu menumpang shuttle bus menuju pelabuhan. Fisherman's Wharf dapat dicapai dengan berjalan kaki dari pelabuhan (agak jauh juga sih, sekitar 15 menit jalan, lumayan, biar nggak dingin :). Di Fisherman's Wharf banyak objek menarik untuk foto-foto. Ada beberapa bangunan gaya Eropa, seperti replika Colosseum. Masuknya gratis pula ^_^ Oiya, salah satu toilet bersih Macau di sini nih, di area game arcade. Toiletnya juga luas per biliknya. Di sini rasa penasaran saya terpenuhi karena berhasil memetik sebuah jeruk shantang mini :p Sepanjang jalan sudah ngiler lihat tanaman jeruk kecil-kecil pada berbuah. Fisherman's Wharf dekat dengan sebuah benteng antik dan salah satu casino besar di Macau: Sands (cabangnya Las Vegas). Benar-benar tempat bagus untuk berfoto. Belum lagi cafe di tepi dermaga yang romantis ^^ Kami bermain-main di Fisherman's Wharf hingga menjelang malam, lalu berjalan kembali ke pelabuhan.
Fisherman's Wharf dekat benteng tua :)

 Sakura putih di Macau

Di depan game center yang toiletnya bersih itu

Cari tulisan "Macau" :p

Salah satu bangunan megah di Fisherman's Wharf

Dermaga yang romantis :p

Dekat "Sands", casino Las Vegas

Macau winter... brrr...

Nihhh... Fisherman's Wharf


Sesampainya di pelabuhan, kami memutuskan untuk menumpang shuttle bus The Venetian, casino terbesar di Macau, bahkan konon se-Asia, memenuhi rasa penasaran kami. Perjalanan ke Venetian dihiasi pemandangan indah karena kami melalui jembatan, menyeberang dari Pulau Macau ke Pulau Taipa. Di jembatan itu, kami bisa melihat patung Kuan Lam di tepi laut, juga arsitektur unik lainnya. Begitu sampai di The Venetian, wooowww ternyata memang besar banget! Dengan PeDe-nya, saya dan Tias masuk hotel-casino terbesar itu. Ckckck... asli arsitektur mewah Venesia. Kami kagum dengan desain interior The Venetian. Di sana kami juga sempat mencicipi sampel makanan (daging), gratisan :p yummy! Foto sana-foto sini, bahkan di pintu masuk ada mobil mewah grand prize berjudi. Saat kami akan masuk ke arena judi, tiba-tiba ada satpam berseragam kuning menanyakan ID kami. Heran, padahal orang dengan enaknya seliweran di sana. Ohoho... tuh satpam mengira kami masih di bawah 18 tahun :))) Kami imut sih :p Untungnya paspor selalu di kantong. Akhirnya kami diperbolehkan masuk area judi. Sebetulnya tujuan utama kami masuk sana adalah cari minuman gratis, bukan ikut judi (lah huruf petunjuk di alatnya kebanyakan huruf cina), sayangnya di sana sedang ga ada tawaran minuman, huww... Saya malah sempat dimarahi satpam karena berfoto di samping mobil hadiah -kena deh >.<- Padahal di pintu depan boleh lho foto-foto, dan nggak ada tanda atau tulisan (ga tau sih kalau huruf cina) "dilarang berfoto" di situ... Tapi kami ada cara lain memotret kegiatan di area judi itu, yaitu dengan naik ke balkon di atasnya dan berfoto di sana, hehehe... Gile, langit-langit The Venetian dilukisi malaikat-malaikat ala Italia dengan langit biru... beautiful!


Sudah sampai Venetian, rugi kalau nggak jalan-jalan sekalian. Kami jalan ke area mall dan akhirnya menemukan kanal sungai dengan gondola, bangunan-bangunan ala Venesia, dan (lukisan) langit biru. Woww... more beautiful! Puas-puasin deh foto di sana.
 Judi berhadiah BMW

 Ini lukisan di langit-langit The Venetian

 
Arena judi The Venetian.. hohoho...

Foto ala Venesia dengan langit biru ^^

 Kanal di The Venetian, buat lewat gondola


Puas berkeliling Venetian yang megah, kami kembali ke pelabuhan naik shuttle bus gratisan lagi. Waktu itu sudah malam, sekitar jam 9, dan dinginnya menusuk jaket. Dari pelabuhan, kami kembali naik shuttle bus gratisan (lagi!) menuju Grand Lisboa. Karena dingin, kami memutuskan untuk mampir ke Casino Lisboa. Eh di sana ada anak kecil bermain di pintu. Hoo ya ya, si anak nggak boleh masuk karena masih di bawah 18 tahun, jadi dia menunggu orang tuanya di depan pintu. Masuk casino, kami mendapat yang kami inginkan, yaitu: minuman panas gratisan! Hehehe... yup, kami dapat teh tarik cina yang super-panas. Sambil menunggu minuman agak dingin, kami duduk di pinggir area judi sambil memperhatikan orang-orang yang sedang bermain. Saat itu barulah kami melihat kejorokan orang cina... Ada seorang kakek batuk dan meludah di... karpet! Idiihhh... padahal tempat bagusnya kayak hotel gitu >.< Yah itulah ketidaksiapan menghadapi zaman modern. Selesai minum, saya dan Tias berjalan kembali ke penginapan.

Nih, Casino Lisboa


Di penginapan, kedua orang Inggris sudah kembali dan bersiap keluar lagi (cari makan katanya), si orang Belanda sedang periksa e-mail lamaran pekerjaannya di komputer yang memang disediakan untuk internet gratis. Tias segera mandi, sementara saya mengobrol dulu dengan si Belanda dan Richard. Iseng-iseng saya mencicipi jeruk yang tadi bikin penasaran. Bwehh... ternyata asem banget! Pantesan tanaman jeruk di jalan-jalan sana utuh nggak dipetiki orang. Beberapa saat kemudian, kami ternyata mendapat teman: 2 cewek dari Jakarta yang tampaknya nggak ahli membaca peta. Cewek-cewek itu punya itinerary yang mirip dengan kami, bedanya, begitu mendarat di Macau mereka naik taksi ke penginapan, sedangkan kami ditampung TKW (baca: Pelajaran dari Macau). Mereka juga berencana ke HongKong dan menginap di penginapan yang sama dengan yang kami inapi. Bedanya lagi, mereka nggak berencana ke Shenzhen. Karena mereka tampak buta arah, saya tunjukkan tempat-tempat wisata yang kami kunjungi di Macau dengan peta. Kemudian mereka meminta peta saya. Okelah.. saya masih ada petanya Tias. Kemudian mereka bertanya lagi arah utara-selatan, etc. Saya bilang kalau saya pakai kompas. Eeehhh kompas saya mau diminta! Ogah dong... Karena melihat karakter mereka dan sudah capek, Tias segera ke kamar. Sementara saya masih bermain internet di ruang tengah. Kedua cewek Indonesia yang baru datang itu memutuskan berjalan kaki mencari makan di luar (woow, it's 10.30 pm and it's soo cold outside, plus they can't read the map!). Selesai berinternet ria, saya pergi tidur, karena keesokan paginya kami harus terbang jam 9.30 ke Kuala Lumpur. Richard bilang kalau bis ke bandara Macau baru ada sekitar jam 7 pagi dan kami tidak bisa memprediksi lama perjalanan ke bandara. Ya sudah, tidur dulu biar bisa bangun pagi...


-bersambung ke post selanjutnya-



   

Thursday, July 14, 2011

Loyalitas = Kesetiaan :)

Di kuliah Advanced Consumer Behavior beberapa pertemuan yang lalu, ada artikel menarik dari Reto Felix tahun 2009 yang berjudul Explaining Loyalty: The Personal Relationship Analogy. Sekedar bagi-bagi ilmu saja nih, biar lebih mudah memahami "loyalitas" di bidang pemasaran.



Reto Felix membuat perumpamaan untuk menjelaskan loyalitas dengan hubungan sepasang manusia. Menurut dia, loyalitas atau kesetiaan itu ada 6 tipe, yaitu:

1. Behavioral loyalty
Tipe ini diumpamakan sebagai seseorang yang sangat setia dengan pasangannya, baik dengan kata-kata maupun perbuatan. Intinya, kesetiaan itu sudah menjadi habit atau kebiasaan yang wajib dilakukan terhadap pasangannya yang hanya seorang itu, sehingga bila diwujudkan dalam perilaku pembelian suatu merek, yang dibeli ya merek itu terus karena sudah menjadi kebiasaan. Akan aneh bila kebiasaan itu tidak dilakukan.

2. True loyalty
True loyalty diumpamakan sebagai seseorang yang cinta mati pada pasangannya, sehingga ia dapat memahami dan memaafkan keburukan pasangannya itu. Bila sang pacar lupa menjemput, pasangannya masih mau jadi pacarnya. Dalam perilaku konsumen, misalkan saat membeli makanan di rumah makan langganan, bila masakan terasa kurang asin ataupun misalkan kurang kerupuk, pelanggan tersebut masih memaafkan dan mau untuk kembali ke rumah makan itu.

3. Inertia
Ini digambarkan sebagai orang yang pasrah, "aku terpaksa memilih pasanganku itu karena adanya ya hanya dia, yang mau sama aku ya cuma dia." Kalau diterapkan pada perilaku konsumen, ya, konsumen loyal pada perusahaan karena hanya perusahaan/produk/merek tersebut yang mampu memenuhi kebutuhannya (bisa juga perusahaan monopoli). Contoh: rumah tangga dengan PLN.

4. Latent loyalty
Kalau tipe yang ini sih sering ditemui, yaitu secret admirer. Seorang cowok suka dan setia pada seorang cewek, namun belum berani mengungkapkan perasaannya. Ya, otomatis belum "memiliki" si cewek itu dong. Ini biasa terjadi bila terdapat "halangan" untuk membeli suatu merek yang kita kagumi. Biasanya sih karena budget terbatas. Contohnya: kebanyakan orang setia pada merek mobil BMW, mengaguminya, dan ingin memilikinya, namun apa daya, uang belum cukup untuk membelinya.

5. Multi-brand loyalty
Tipe ini dianalogikan sebagai orang yang berpoligami atau poliandri, punya pasangan lebih dari 1 orang dan setia pada semua pasangannya itu. Ya, dalam perilaku konsumen, ada orang yang setia pada lebih dari 1 merek. Pembeli tipe ini tidak terlalu peduli pada merek, yang penting fungsi produk. Jenis produk yang biasa "diselingkuhi" adalah produk convenience, seperti tissue.

6. Confirmative loyalty
Tipe ini adalah tipe pasangan yang suka ngetes, masih coba-coba. Gimana tuh? Sudah punya pasangan, masih coba-coba sama yang lain untuk menguji. Kalau lebih bagus pasangannya ya dia akan kembali, tapi sebaliknya, bila bagus "yang lain", ya putus deh... Dalam perilaku konsumen, orang yang sudah setia pada 1 merek kadang-kadang masih mencoba-coba merek yang lain, terutama bila merek itu baru. Kalau merek lama ternyata lebih bagus, ya konsumen itu akan kembali menggunakannya, tapi kalau sebaliknya, si konsumen akan beralih ke merek yang baru.

Termasuk tipe apakah Anda? :)