Showing posts with label miscellanous. Show all posts
Showing posts with label miscellanous. Show all posts

Monday, May 27, 2013

Waisak 2013 di Borobudur


Selamat hari raya Waisak 2557 bagi umat Buddha. Semoga semua makhluk berbahagia. Hujan yang turun kemarin akan membawa rejeki dan damai senantiasa di bumi.

Terus terang, saya menulis ini karena merasa risih atas penyebaran foto crazy traveler. Menurut saya, bukannya memberitahukan hal positif mengenai Waisak (baca: mengingatkan orang), tetapi malah mencoreng seluruh turis yang kemarin mengunjungi Borobudur. Padahal tidak semua turis seperti yang ada di foto itu lho. Penyebaran foto seperti itu malah akan mengusir wisatawan yang akan mengunjungi Borobudur. Belum lagi komentar-komentar orang yang rata-rata mencela turis di Borobudur. Dengan pengelolaan yang baik, umat Buddha dapat beribadah dengan tenang dan foto itu tidak akan ada. Let me explain.

WALUBI (lembaga keagamaan Buddha) sudah menghimbau para pengunjung Borobudur untuk melapor dan mendaftarkan diri sebagai peserta/wartawan/fotografer yang akan masuk ke area ibadah. Orang/kelompok yang sudah mendaftar akan mendapatkan ID card. Saya sendiri sudah didaftarkan teman dari Magelang, sehingga saya mengenakan ID peserta. Kami hanya ingin melihat lampion, yang kalau di urutan tata perayaan di website WALUBI ada di penghujung acara (malam), sehingga kami tinggal di hotel dan baru masuk ke area candi pada senja hari dengan sudah mengenakan ID card.

Begitu sampai jalan menuju gerbang, banyak orang berdesakan di sana. Kami berusaha mengantri , namun kami terdesak kea rah gerbang yang hanya dibuka selebar 1 meter. Setelah melewati gerbang, karena ada isu bom *sigh* kami diharuskan melewati metal detector yang hanya ada 1. Ketika mengantri metal detector, pintu gerbang sudah ditutup dan baru dibuka lagi saat antrian detector sudah agak sepi. Yang saya sayangkan, petugas tidak memeriksa ID card dari WALUBI, sehingga siapa saja bisa masuk :( Termasuk turis yang perilakunya seperti si crazy traveler. Kami beruntung datang bersama teman dari Magelang yang sudah memahami prosesi Waisak, sehingga teman kami tersebut dapat memperingatkan “do” and “don’t”s selama Waisak, dan tempat yang tidak mengganggu umat yang beribadah.

Setelah lewat metal detector (ini juga petugas nggak memeriksa detail karena terlalu banyak orang, yang diperiksa cuma permukaan isi tas), kami masih harus berjalan ke pintu menuju candi. Di pintu menuju candi, baru ada pemeriksaan ID card peserta yang sudah mendaftar ke WALUBI. Tapi kok ya orang yang tidak punya ID juga bisa masuk :( #duh

Saat kami sudah di dalam, perayaan belum dimulai, sehingga kami bisa memotret dari belakang umat yang duduk di karpet. Para Buddhis muda panitia Waisak pun mengatur tempat duduk. Sebetulnya kami diperbolehkan duduk di karpet, namun kami merasa tidak enak, karena itu ibadah (banyak juga turis yang duduk di sana). Waktu itu juga gubernur Jateng menyeruak kerumunan dan menuju ke arah altar. Menteri terlambat hadir, dan karena itu perayaan molor.

Begitu perayaan sudah dimulai, kami keluar dari area ibadah dan menunggu di belakang sambil mendengarkan melalui speaker. Banyak juga kok pengunjung yang “tahu diri,” menunggu di luar area ibadah. Saat umat berdoa mengelilingi candi, kami maju mendekati area petugas kamera dan speaker dekat altar. Sampai sana, saya sedih, karena banyak turis malah naik ke altar, sehingga pemimpin ibadah pun harus mengingatkan di sela-sela doa karena para turis itu menghalangi jalan umat dan pemimpin ibadah yang akan turun dari/kembali ke altar :( (karena saya dekat speaker, saya dengar sekali), dan memang kurang ajar mereka, walaupun pemimpin ibadah sudah terganggu doanya karena menyuruh mereka turun dari altar, mereka masih di sana. Saya yang di dekat petugas kamera hanya dapat memandang dengan miris. Untung teman-teman yang datang bersama saya masih tahu diri. Kami tetap di dekat petugas kamera dan speaker hingga perayaan Waisak dinyatakan ditutup. Petugas mengumumkan bahwa karena hujan, pelepasan lampion ditiadakan. Ya sudahlah. Lebih baik begitu, karena pengunjung kali ini juga tidak tertib. Setelah perayaan selesai dan dipersilakan, barulah kami berani mengambil foto di altar.

Dari pengalaman yang saya ceritakan ini, semoga pembaca nggak meng-generalisir turis yang mendatangi perayaan Waisak sebagai “crazy traveler.” Bagaimanapun Waisak adalah event internasional yang besar di Jawa Tengah, dan orang biasanya datang melalui Yogyakarta dan Semarang. Event di suatu daerah akan mendongkrak pariwisata di daerah tersebut. Cobalah lihat event religi lain seperti umroh/ziarah di Jerusalem, Saudi, dan negara Timur Tengah lainnya, perayaan Natal dan Paskah di Vatikan, juga audiensi Paus di Vatikan. Selain di Saudi, event di tempat lainnya tidak menanyakan agama orang yang datang. Setiap orang bisa datang. Adanya event besar akan menghidupi masyarakat di sekitar tempat tersebut, oleh karena itu, event harus dipasarkan dengan baik. Cobalah pikir, kalau ada turis mendatangi perayaan Waisak, masyarakat sekitar akan diuntungkan dengan ramainya penginapan, makan, dan transportasi.

Sekali lagi, yang harus dilakukan adalah mengelola event tersebut dengan baik. Contohlah Vatikan saat audiensi Paus. Saat itu berbagai kalangan dari berbagai negara datang. Orang atheists dan orang dengan agama apapun datang dan tidak ada yang bertanya “apa agamamu?” Walaupun demikian,  event management-nya lebih tertata. Misalnya, saat akan mendatangi audiensi Paus, pengunjung dipersilakan mengambil undangan gratis di toko souvenir di Vatikan atau di gerbang Swiss Guard (seperti halnya kalau akan mendatangi Waisak, mengambil ID card terlebih dulu). Kemudian, masalah baju, secara penduduk Eropa bule, maka tak jarang orang berpakaian minim. Di sini pihak Vatikan tegas. Yang boleh masuk hanya yang memakai baju berlengan dan lutut tertutup. Selain itu tidak diizinkan masuk. Borobudur seharusnya tegas dalam hal seperti ini. Kalau Borobudur tegas, foto crazy traveler tidak terjadi. Anyway, setahu saya di Borobudur itu walaupun di dalam area candi, selalu ada security yang mengingatkan manner pengunjung. Kenapa orang di foto itu bisa lolos?! Seharusnya karena ada perayaan besar, security malah diperketat. Di pintu masuk kemarin, seharusnya cek ID dilakukan di awal, sehingga pengunjung illegal nan barbar bisa lebih ditertibkan. Altar sebaiknya dibatasi hanya untuk kalangan tertentu (diberi pagar). Itulah gunanya toleransi. Umat Buddha merupakan minoritas di Indonesia. Orang lain hendaknya membantu mengamankan Waisak, walaupun beda agama. Kalau saya sih membayangkan seandainya saya beribadah di Roma/Vatikan, para pengunjungnya malah ribut sendiri, foto-foto di altar, pasti saya akan terganggu. Sewaktu beribadah di sana dulu, juga ada orang yang foto sana-sini, hanya saja panitia tegas, dan ada pagar antara umat dengan para pemuka agama, choir, dan tamu penting yang dijaga ketat. Arak-arakan pun diatur oleh petugas, sehingga lebih tertib.

Indonesia sebagai pusat ibadah harus belajar manajemen event keagamaan. Jangan sampai kejadian itu terulang kembali. Tolong pasarkan event dengan baik, sebagai orang Indonesia harusnya bangga, dikenal sebagai pusat agama tertentu. Tidak ada salahnya menarik turis ke event religius, dan konsekuensinya harus dapat mengelola pengunjung dengan baik. Tolong jangan malah de-marketing dengan menuduh semua turis mengganggu perayaan keagamaan. Wrong. Itu akan menyurutkan Indonesia (terutama Jogja-Jateng) sebagai tujuan turis. Tolong juga jangan berpikiran “jangan datang ke perayaan agama lain” atau “jangan mengucapkan selamat hari raya ke agama lain.” Kehadiran dan ucapan dari pemeluk agama lain itu merupakan wujud dukungan, selama mereka tidak mengganggu ibadah. Stop penyebaran foto crazy traveler! Stop spreading bad news about Indonesia, let’s market our country as a peaceful and beautiful place to visit. Creating good images of Indonesia will be very helpful.

Thursday, May 16, 2013

Blackberry Suicide (?)

Two days ago I saw the business news and I was surprised: Research In Motion (RIM) made Blackberry Messenger (BBM) available for Apple and Android products. Whoa, what the h*ll are they thinking?

As a business graduate, I used to learn that a business has to keep their competitive advantage. Yes, then what is a "competitive advantage"? A simple explanation from me, competitive advantage is one thing that make people turn to you, not anyone else. Once a company has its competitive advantage, the consumers will go to that company to find what they need. In a business, there is also a core competence. It is like "what your business is mainly about?" What I have learned during my studies is never outsource your core competence, so you can control your own business.

Back to RIM case, I found that the decision is weird. It is like I saw Mr. Krab gives a krabby patty to his rival, Plankton. I remember that I bought a Blackberry phone because it has the BBM and most of my friends use it. So, it would be easier to communicate between us. The BBM thing made Blackberry phone exclusive since no other phones have BBM. The BBM has been RIM's competitive advantage. People buy the Blackberry phone because it has the BBM. Now, RIM will share their secret weapon to their rivals. What will happen to the phone sales? I guess Blackberry phone is committing suicide or cannibalized by the applications (apps), since Blackberry phone is "nothing" without BBM. As a customer, I would prefer Android phones if it provides BBM as well as Blackberry phones.

RIM has to be focus on its core competence, whether they want to offer the phone or the apps. By the decision, it seems like RIM switched into the apps business and they slowly kill the phone. In the BCG matrix system, the BBM apps would be the question mark and the phone is the dog, and had been the cash-cow before. Anyway it is just my opinion. RIM can choose its own business strategy. I hope they will not spill the milk. Let's see what will happen next, will the question mark be a star or be the dog instead.

 

Wednesday, February 27, 2013

Travel Game

Untuk mengusir bosan, iseng main game ini, eh ternyata menarik juga :p


Traveler IQ

The Traveler IQ challenge ranks your geographic knowledge against 9,594,898 other travelers. Brought to you by TravelPod, a member of the TripAdvisor Media Network

Monday, December 31, 2012

The 2012 Review

This is the last day of 2012, the year that changed my life. Right after the 2012 new year party, I had to fly to Jakarta, to start my internship with KRA Group, a business consultant, headquartered in Malaysia. On January 6, 2012, I had to fly back to Yogyakarta, all in a day, because of my Master research proposal exam. Three days after, I flew to Kuala Lumpur, Malaysia, and worked there for almost 3 months. I spent almost every weekend exploring the Peninsula.

One month after, I tried to go to Singapore for the first time, using the train. I visited several objects for free. When I went back to Kuala Lumpur, the immigration staff gave me the wrong stamp. I had a professional working visa, but the staff did not see it and gave me the tourist stamp mentioned that I was permitted to stay only for 30 days in Malaysia. I had to go out of Malaysia and back to get a new stamp. Then I chose Thailand. I went to Hat Yai, a small town in the Southern Thailand. I used the bus. I traveled only by myself. Hat Yai taught me several Thai words, such as "sawadee kha" and "khob khun kha" :) I had fun in Hat Yai, with some new friends from Sweden, Italy, and Taiwan.

I went back to Yogyakarta on March 9, 2012. Ten days after, I flew to Jakarta, and then to Macau and Hong Kong, with the two friends of mine. I had an unforgettable moment there. Back to Yogyakarta, then in the earlier of May 2012, I flew to Jakarta, Penang (Malaysia), and then Langkawi (Malaysia), with a friend. Langkawi has a great view, even though we did not go to the bridge, because it was closed that time. I had a surprise at the airport on my trip home, because when I checked my e-mail, I was noticed that my research paper had been accepted for a conference in Rome, Italy ^^ I spent one night in Kuala Lumpur, I was so sorry to my travel partner, because I put her in an uncomfortable condition :( However, I met a nice guy from San Francisco, who does not believe that most of Indonesians do not have family name, LOL.

Well, then, on June 4-10, I went to Rome, Italy (and also Vatican). It was my first time journey to Europe. I stayed in a mixed dormitory, one-room-for-ten people, so I met nice people from around the world. I experienced my first jet-lag, hahaha... I learned from my experience in Thailand, so I ordered wine + apple juice on the flight. It helped me to sleep. I was sick on my first night in Italy. Too much wine, maybe :p It was really bad. But then, the following nights were fun. I went to the conference at the daytime, and hung out with my new friends from the U.S., Brazil, Germany, etc. at night ^^ The hostel has Sangria Party every night. I love Sangria! Vatican, the smallest country in the world, is near the hostel. I used to walk to Vatican :p Oh ya, I met the Pope twice. One in the audience, every Wednesday, and the day after, the Pope celebrated a mass, and I was in the front row ^^ It was like a Hajj for me.

A couple of weeks after my trip to Italy, I went to Singapore (again!). I flew from Yogyakarta to Singapore, just to spend the weekend. I met my old friend from New Delhi, India in Singapore. We met for about 15 years ago, and finally I met him face-to-face :D

I had both good and bad news last June. The good news was I got the Best Paper Award for my presentation in Rome, and the bad news, my boyfriend was diagnosed with kidney failure.

August was supposed to be Raya (holiday) for Indonesians. But not for me. My boyfriend was ill and he was hospitalized. I helped him to look for blood donors. I was so down. My boyfriend had blood dialysis twice a week. He could not work anymore. I am very sad.

Early September, I went to Ho Chi Minh City, Vietnam with the two friends of mine. I met new friends from Slovakia during flight. They ate "kacang" (ground peanuts) on the plane ;) It was a small world, they knew my Indonesian friend who is studying in Austria. Ho Chi Minh was like Yogyakarta, my hometown. Many motorcycles there, so be careful to cross the road. We had Mekhong River tour, and Cu Chi Tunnel tour. We explored the city. I had an extreme drink there: snake and scorpion beer. It was snake and scorpion, brewed, and we drink the water... eww.. We met a nice German lady during the Mekhong tour.

I was in Jakarta on my birthday, packing my boyfriend's things, because he moved to Yogyakarta. I went with his sister. It was a good chance to give his sister a flight experience, because she had never flown before. So, I flew home on my birthday. I met a smart German guy at the airport. He was the first person who said "happy birthday" to me ^^

Late September, I successfully defended my Master thesis. It was a birthday gift for me. Believe it or not, a couple of days before my thesis defense, my exam-partner donated his blood to my boyfriend ^^;; It was hard to think about my love life while working on my thesis, hahaha. The graduation ceremony was held on October 24, 2012, with the yellow penguin costume (it means Cum Laude). I am officially a Master of Science in Management!

Late October, I promised my boyfriend to go abroad with him. Then, we visited Kuala Lumpur and Penang (Malaysia). It was his first time using his passport. Penang is nice with the old buildings. I had to be careful all the time. I went with a kidney failure patient, so I had to choose the foods and reminded him not to drink too much. We enjoyed our weekend in Penang and Kuala Lumpur. We stayed at a mixed dorm, with some Singaporean and Hong Kong girls and a nice guy from Holland. We used the free CAT bus to explore the heritage area.

Ten days after, I went to London, U.K., to present my thesis summary in an academic conference. I was lucky, I got my second chance visiting Europe in one year. London was nice, I met smart people there, including the young PhD students from Malaysia, a smart Pakistani lady from China (eh?), and a nice organizer lady. I went to the University of London and the University of Reading. London makes me feel like I want to study there :D I stayed in a girls' dormitory. Actually, on the first day, I stayed in Russell Square, in a mixed dormitory, with 15 people in a room, and I moved on the next day to King's Cross. The girls' dorm was occupied by 10 girls in a room. It was funny when I tried to talk to a Chinese woman in English. She was shy to speak English, hahaha... However, I do not think that I have a good English, too. English is my third language :p There were girls from France, Austria, Lithuania, Iran, China, and Spain in the room. They were nice. It was a great experience to cook with a French nutritionist ^^ I am a bad cook! Oh ya, the hostels in London mostly serve breakfast for free :D I had a total 14-15 hours inflight from London to Jakarta. It was uncomfortable to transit in the Middle-East, because there would be many Indonesian blue-collar workers on the plane :S I hate to be judged as one of them. I am an academic, hello... I remember my flight from Italy, I pretended to be a Filipino who cannot speak Indonesian language during flight, because a man judged me as an Indonesian worker and talked to me rudely :( Anyway, I met the flight attendant. She looked so tired and I felt like hell because of the Indonesian workers around me. I tried to talk to the flight attendant, and she was nice. It was like 24 hours flight from London to Jakarta, and then to Yogyakarta.

A couple of weeks after, I went to Bangkok, Thailand, as a solo backpacker. Spent my weekend there. I was so stressful. I explored the city, I went to the Grand Palace and the Wats (temples) around. Thai people are kind ^^ I met some friends from Couchsurfing there: a girl from Taiwan, and a boy from Thailand. We had a nice dinner. I stayed in a girls' dormitory, in a hostel, and I met new friends from the Philippines, the U.S., Australia, Italy, and also from Bali, Indonesia, hahaha... I lost my Javanese accent :p The funny thing was, Thai people used to think that I am a Thai, unless I speak English to them. Sawadee kha! Bangkok got the cheaper fashion things ^^ I bought jeans for only 99 bahts.

I thank God because of my experiences in 2012. I have to focus to my PhD application and I plan to stay in Indonesia, then study abroad at the end of 2013. I wish I could be a better woman, a better friend. I did bad things in 2012. I got depressed. I want a new life. May God help me. Happy New Year!
 

-Maria Delarosa Dipta Dharmesti
(my full name is too long, and I think "Dipta" is too hard to spell for foreigners, so "Maria" is also OK for me :))

 

Friday, August 3, 2012

Membuat Kartu Kuning

"Kartu kuning" alias AK/1 kadang-kadang jadi syarat melamar CPNS. Berikut cara membuat si kartu kuning:

1. Datang ke Dinas Tenaga Kerja kabupaten. Kalau di Sleman tempatnya di Jalan Parasamya 14, itu di Jalan Magelang lurus sampai perempatan Jejamuran. Kalau dari Jogja, perempatan itu ke kiri. Nanti kantor Disnaker-nya kiri jalan.

2. Bawa pasfoto warna 3x4 cm sebanyak 2 lembar, fotokopi KTP, dan fotokopi ijazah terakhir. Kalau sudah pernah punya kartu kuning, asli/fotokopinya juga disertakan.

3. Setelah syarat diserahkan ke petugas, nanti ada formulir dan kartu yang harus diisi, lalu jadilah si "kartu kuning" yang warnanya PUTIH.

Pemohon kartu kuning harus datang sendiri, nggak bisa diwakilkan. Semoga informasi ini berguna.

Membuat SKCK

Hello readers,
Lowongan CPNS sudah mulai buka tuh. Kalau mau daftar CPNS pada umumnya butuh yang namanya Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Berikut pengalaman mengurus SKCK di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lumayan ribet. Yang dibutuhkan:

1. Surat keterangan dari RT dan RW yang ditandatangani dan dicap Ketua RT dan Ketua RW. Waktu ke RT dan RW, hendaknya membawa Kartu Keluarga (KK) supaya Ketua RT dan RW-nya tidak bingung.


2. Surat tersebut kemudian dibawa ke kantor kelurahan dan di kelurahan dibuatkan surat pengantar ke kecamatan. Di kelurahan kemarin saya dikenai biaya administrasi Rp3.000. Yang perlu dibawa: fotokopi KK, fotokopi KTP, dan fotokopi akte kelahiran (disiapkan saja, siapa tau dibutuhkan). 


3. Di kantor kecamatan, surat pengantar tersebut dicap. Yang dibutuhkan: copy KTP.

4. Setelah ke kantor kecamatan, surat pengantar dibawa ke polsek. Saya termasuk kecamatan Ngaglik, jadi kantor kecamatannya bersebelahan dengan polsek, di Jalan Kaliurang, setelah pertigaan Merapi View kalau dari kota, lurus sedikit, kiri jalan. 
Di polsek, surat yang dari kecamatan tadi diberikan, terus dibutuhkan lagi 3 lembar pasfoto warna 4x6 cm dengan background MERAH, fotokopi KK, fotokopi KTP, dan fotokopi akte kelahiran untuk membuat surat pengantar ke polres. Biaya administrasinya Rp10.000.
Sebetulnya nanti dibutuhkan juga fotokopi rumus sidik jari, tapi karena saya belum punya, pak polisi bilang kalau  sekalian saja di polres.

5. Polres Sleman berlokasi di Jalan Magelang, kalau yang sudah pernah buat SIM Sleman, tempatnya sama, cuma beda gedung.
Di polres yang dilakukan pertama adalah membuat rumus sidik jari, tempatnya di dekat lapangan ujian SIM. Syarat: fotokopi KTP, pasfoto berwarna 4x6 cm background bebas, dan biaya administrasi Rp10.000. Siap-siap tangannya kotor, hehehe... 
Oiya tips dari saya: BAWA KACA, biar lebih mudah mengisi formulirnya :D

Rumus sidik jari difotokopi di dekat gedung itu, bisa di kantin atau di tempat membuat BPKB (fotokopinya mahal, euy!). 

6. Setelah memiliki fotokopi rumus sidik jari, saya menuju ke tempat pembuatan SKCK di pojok depan dekat parkiran motor. Antrinya bejibun. Syarat SKCK: pengantar dari polsek, pasfoto warna 4x6 cm background MERAH, fotokopi rumus sidik jari, fotokopi KTP, fotokopi KK, fotokopi akte kelahiran, dan biayanya Rp10.000. Nanti disuruh mengisi formulir dan formulirnya jadi syarat pengambilan SKCK.


7. Setelah SKCK jadi, ada free legalisir, MAKSIMAL 5 kopi. SKCK difotokopi dulu di dekat situ, lalu dilegalisir di tempat yang sama dengan pembuatannya. SKCK berlaku hingga 6 bulan.


So, total siapkan aja fotokopi KTP (5), KK (3), akte kelahiran (3), pasfoto warna 4x6 cm background MERAH sebanyak 10 lembar... sediakan waktu untuk bersilaturahmi dengan pejabat birokrasi setempat :) Mungkin syarat pembuatan SKCK di kota-kota di Indonesia mirip, hehehe. Semoga bermanfaat.
 

Sunday, May 13, 2012

Libur Nasional Indonesia 2013

Perusahaan-perusahaan penerbangan sudah mulai mengadakan promo tiket untuk tahun 2013. So, all we need is HOLIDAY on the right days :D

Sayangnya 2013 banyak hari kejepit :S

Berikut libur nasional 2013 (Sumber: blog tetangga):

Januari 2013
Selasa     01 Januari 2013     Tahun Baru Masehi
Kamis    24 Januari 2013     Maulud  Nabi Muhammad

Februari 2013
Minggu    10 Februari 2013     Tahun Baru Imlek

Maret 2013
Selasa    12 Maret 2013     Hari Raya Nyepi
Jumat    29 Maret 2013     Jum’at Agung

Mei 2013
Kamis    9 Mei 2013     Kenaikan Isa ‘Almasih
Sabtu    25 Mei 2013     Hari Raya Waisak

Juni 2013
Rabu    5 Juni 2013     Isra Miraj

Agustus 2013
Kamis    8 Agustus 2013     Hari Raya Idul Fitri
Jumat    9 Agustus 2013     Hari Raya Idul Fitri
Sabtu    17 Agustus 2013     Hari Kemerdekaan RI

Oktober 2013
Selasa    15 Oktober 2013     Hari Raya Idul Adha

November 2013
Selasa    5 November 2013     Tahun Baru Hijriah

Desember 2013
Rabu    25 Desember 2013     Hari Natal


Berikut versi gambarnya (diambil dari sini)


Selamat berburu tiket :)

Tuesday, May 1, 2012

What is Love?

According to this source, there are 4 kinds of love:
1. Storge - affection, between family members
2. Philia - friendship, love between friends
3. Eros - romance, emotional connection with the other person
4. Agape - unconditional love, love to God

It reminds me to my religion education in the high school. Now I'm still confused by the meaning of "love." I'd rather choose Philia to express my feeling of love.

Here is a beautiful song by Bram, an Indonesian singer, entitled Makna Cinta (The Meaning of Love). He questioned what "love" is. Just like me. This clip tends to show the Eros love, but I'm sure it's not only Eros, but also Philia. It was long time ago, I like this song :)

Bram - Makna Cinta


Saat kecil ku pernah bertanya
Tentang arti cinta pada bunda
Bunda pun menjawab
Cinta adalah kasih sayang induk dan anaknya

Saat ku mulai beranjak dewasa

Pada sahabat ku pun bertanya
Dia pun menjawab
Cinta adalah kasih sayang dua insan manusia

Adakah yang mampu menjawab

Makna cinta yang slalu kutanyakan
Mereka yang terjerat rasa cinta
Matanya pendarkan cahaya suka dan duka

Ku trus mencoba tuk bertanya

Walau kini ku terjerat cinta
Mungkin tak terjawab dengan kata
Mungkin cinta hanya tuk dirasa

Adakah yang mampu menjawab

Makna cinta yang slalu kutanyakan
Mereka yang terjerat rasa cinta
Matanya pendarkan cahaya suka dan duka

Suka duka akan mewarnai cinta

Yang menyatukan dua insan berbeda
Mungkin takkan kutemukan makna cinta
Sebelum kumenjalaninya

Adakah yang mampu menjawab

Makna cinta yang slalu kutanyakan
Mereka yang terjerat rasa cinta
Matanya pendarkan cahaya suka dan duka

Thursday, February 9, 2012

Stereotip Indonesia = Maid Country??

Saya sudah mengunjungi beberapa negara di Asia, antaralain Singapura, Malaysia, dan Hong Kong (HK). Saat ini pun saya berstatus internship di sebuah konsultan bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia.


Ketika berinteraksi dengan orang-orang di negara-negara tersebut, saya lebih suka menggunakan bahasa inggris. Awalnya, orang-orang pasti bertanya, "where are you from?" Saya jawab, "INDONESIA." Orang Malaysia dan Singapura kebanyakan mengira saya studi di sana karena berbahasa inggris, hehehe... Masih tampang S1 ^^ Yes, I am a master student, in Indonesia. Beda dengan HK. Orang sana sering mengira saya TKW di sana, wedew... Mending TKW profesional, lah dikiranya TKW buruh pabrik atau maid (pembantu rumah tangga) :S Waktu ke HK memang saya baru saja "lulus" dari pabrik sih, mungkin masih ada tampang buruh :p
"Negara TKI", gambar diambil dari komunitas Batak


Negara-negara yang saya sebutkan tadi merupakan negara-negara "sasaran" TKI. Saya bangga jadi orang Indonesia yang bisa mengunjungi negara-negara tersebut, tapi juga sedih, mengapa stereotip Indonesia adalah sebagai negara maid? TKI diasosiasikan sebagai pekerja "kerah biru", buruh atau pembantu. Sebagai contoh lagi, di Malaysia, walaupun saya bukan sebagai maid, tapi jika saya mengaku dari Indonesia, pasti orang bercerita, "Ah, my maid is from Indonesia, she is from Java." Nggak cuma orang Malaysia, orang Filipina pun bilang begitu. Walaupun yang diceritakan hal-hal baik, tapi ya tetap saja maid. Seolah orang Indonesia (terutama perempuan) yang kerja di negara itu adalah sebagai maid. Office woman di kantor tempat internship saya pun berasal dari Purwakarta, dan beliau baik sekali. 

Stereotip "Indon = berpendidikan rendah atau Indon = stupid" sudah melekat di masyarakat negara tetangga. Pernah suatu hari, pulang kantor, saya yang berkostum blazer ini mencoba naik bis pulang. Karena baru pertama kali, saya menaiki arah yang berlawanan, padahal jalur bisnya sudah betul. Eh, sopir bis memarahi saya, padahal saya sudah menjelaskan kalau itu baru pertama kali naik bis. Si sopir itu memang menyebalkan, seolah-olah saya orang Indonesia yang tidak berpendidikan, ckckck... (catatan untuk menghibur diri sendiri: kalau tuh sopir pendidikannya tinggi, dia nggak bakal jadi sopir bis :p).


Di Hong Kong beda lagi. TKW di sana dandanannya nyentrik-nyentrik. Begitu pula di Singapura. Baju seksi warna-warni, rambut kadang-kadang dicat coklat, tapi bicaranya medok, hahaha. Saya ke negara-negara itu sebagai turis backpacker, bukan turis koper, sehingga bentuknya ya seperti orang kere jalan-jalan. Petugas imigrasi pun membutuhkan beberapa saat mempelajari employee pass di paspor saya. So, setelah orang menanyakan asal saya, di Hong Kong saya ditanya juga dari agen mana >.< Bedanya, kalau di Singapura, kebanyakan TKW maid tidak berbicara dalam bahasa inggris, sehingga untuk "menghindari" stereotip maid, saya terus menggunakan bahasa inggris, hehehe... That's why I prefer english to bahasa.


Dear Indonesia, mengapa yang dikirim maids, bukannya tenaga kerja profesional? Belum lama ini, pengiriman maid dari Indonesia ke Malaysia dihentikan karena banyaknya kasus, dan baru akan dimulai kembali bulan depan. Saya pribadi berpendapat, sebaiknya Indonesia mengurangi pengiriman maid dan menambah pengiriman TKI-TKI profesional. Why not? Banyak sarjana menganggur di negeri sendiri. Orang Indonesia sebetulnya tidak bodoh, masa membuat citra "bodoh" di negeri tetangga. Terus terang, saya merasa miris kalau orang-orang negeri tetangga ngerumpi tentang maid Indonesia mereka.

Ini gambar dari iklan agen TKI, tuh stereotip TKI = kuli >.<

TKI sektor informal memang menyumbang devisa bagi Indonesia, namun jangan lalu yang dikirim TKI informal melulu. TKI formal berpendidikan tinggi pun menyumbang devisa, bahkan lebih besar. Adalah suatu kebanggaan bisa memenuhi kriteria internasional dan menyumbangkan devisa bagi negeri sendiri, namun akan lebih baik lagi jika citra INDONESIA di dunia internasional ditingkatkan dengan mengirim tenaga kerja "kerah putih" :)


*sekedar uneg-uneg penulis, disampaikan dalam bahasa Indonesia.

Thursday, December 22, 2011

Jawaban PR

Salah seorang teman saya yang bernama Olivia Kamal memberi saya PR pertanyaan ini... Agak lebih sulit daripada pertanyaan final exam saya tadi :p

Oliii, nih kujawab, hehehehe.... Semoga lulus ^^
  1. Orang yang paling berpengaruh dalam hidup kamu? my mother :) 
  2. Ketupat sama lontong beda nggak?  dari bentuknya jelas beda lah...
  3. Apa pengotoran muka bumi yang paling parah? nuklir
  4. Artis Indonesia yang paling membanggakan? duh, susah jawab nih... Agnes Monica, mungkin?
  5. Hobi/koleksi yang paling nggak penting/konyol? mengumpulkan brosur iklan sampai memenuhi rumah....
  6. Lebih suka menunggu atau ditunggu? ditunggu :p sudah terlalu sering menunggu sih...
  7. Kebiasaan paling jelek yang nggak bisa dibuang walaupun sangat tau bahwa itu jelek? aaaa.... ini menanyakan aib >.< apa ya... menunda pekerjaan sampai bener-bener kepepet kali ya? ^^
  8. Pelajaran paling menyebalkan masa sekolah? akuntansi & matematika kelas 2 SMA
  9. Kalau dapat hibah (anggap saja 100T) apa yang akan kamu lakukan? bikin perusahaan, terus keuntungannya untuk keliling dunia, hohoho....
  10. Milih ketemu dinosaurus atau doraemon? doraemon, soalnya bisa memanfaatkan alat-alat ajaibnya... (pengen pintu kemana saja nih :p)
  11. Nama minuman paling aneh yang pernah kamu minum? hmm... ngg... lupa namanya... "gajah ndhekem" atau apaa gitu...

Friday, October 28, 2011

How To Quickly "Switch" Your Brain

I used to do "brainswitching" everytime. It's not that I'm not focus on each task, but I have to focus on ALL tasks. For example, I have to make a thesis proposal in the morning, and then go to work at 9 a.m., do the business valuation report for different cases and companies, I have to attend classes at 10 a.m. to 1 p.m., then meeting with the lecturers about some academic projects. At 5 p.m. I have to pick my younger sister up, in the campus, then attend the choir practice, and finally go home. Automatically I have to focus on ALL activities.


An easy way to do that is keep your memory in a space, then switch your concentration to your current activity. How to "keep" much memories then? Write. Note all things you have to remember. In your agenda, "post-it"s, in your mobile phone, or in your blog. While you do your activity, erase all other memories and stay focus. You won't loose your memory because you have stored it. Try to do your task quick and properly, then you can switch to another task or activity.

I have done this since years ago. I hope it could be useful for you.

Friday, May 6, 2011

Easter Nowadays

Paskah 2011 baru saja dirayakan 2 minggu yang lalu. Saat mengikuti misa malam Paskah, saya jadi teringat bahwa Paskah sebelum Yesus adalah saat Israel terbebas dari Mesir di bawah pimpinan Musa. Sebelum pembebasan tersebut, menurut kitab Keluaran, terdapat beberapa tulah (semacam kutukan) untuk mengingatkan bangsa Mesir supaya bertobat. Iseng-iseng buka Kitab Suci yang sudah lama nggak dibuka, saya menemukan ini.

Tulah pertama: Air menjadi darah
Hal ini dapat dilihat di Antartika. Terdapat air terjun menyerupai darah. See:

Di India, ada hujan darah. See:



Sadly, tampaknya peperangan dan kerusuhan yang terjadi di zaman modern ini dapat mengubah air menjadi darah pula. Di Indonesia sendiri, sebelum paskah ada kerusuhan Temanggung dan pertentangan Ahmadiyah. Belum lagi kerusuhan revolusi Timur Tengah, termasuk Mesir dan Libya. Berapa banyakkah darah yang tumpah?

Tulah kedua: Katak
Di Jepang sudah terjadi hujan ikan (temannya katak, hehehe) setelah tsunami dan laut terkontaminasi nuklir. Banyak ikan aneh nyasar.

Tulah ketiga: Nyamuk
Zaman Musa, mungkin nyamuk 'didatangkan' untuk memberi makan katak, hehehe... Tapi saat ini -terutama di daerah tropis- penyakit-penyakit yang diperantarai nyamuk masih mengancam. Mulai dari DBD, malaria, kaki gajah, dan sebagainya.

Tulah keempat: Lalat pikat
Lagi-lagi serangga. Masih ada lalat tse-tse di Afrika dan lalat masih menyebarkan penyakit seperti kolera dan disentri.


Tulah kelima: Penyakit sampar pada ternak
Ini juga sempat menyerang manusia di zaman modern ini. Masih ingat penyakit anthrax? Sapi gila? Dari mana datangnya penyakit ternak yang membahayakan itu?


Tulah keenam: Barah
Barah adalah semacam penyakit. Ya, berbagai penyakit baru bermunculan saat ini. Penyakit tersebut dapat mematikan manusia dan belum ada obatnya. Sebut saja HIV-AIDS dan berbagai flu yang 'bermutasi'. Para farmasis sampai saat ini masih berjuang menemukan obatnya. Mengapa muncul penyakit demikian?

Tulah ketujuh: Hujan es
Yang ini telah terbukti. Beberapa waktu lalu sebelum Paskah, ada hujan es di Jakarta, Ibukota Indonesia yang terkenal sebagai negara tropis. Tidak kalah mengherankan dengan hujan es pada zaman Musa di Mesir. Yang aneh pula, di saat seharusnya musim kemarau pada bulan November-Desember, malah turun salju di Australia!! Yah, mulai terbalik-balik.

Tulah kedelapan: Belalang
Ulat bulu dan belalang mendadak bermunculan di Probolinggo dan kota-kota lainnya. Hal ini merupakan 'bencana' alam bagi masyarakat.

Tulah kesembilan: Gelap gulita
Di zaman modern ini, gelap gulita akan terjadi bila listrik mati (dimatikan PLN, hehehe). Listrik mati karena kekurangan sumber daya generator/pembangkit listrik. Salah satu penyebabnya, bahan bakar fossil terus dieksploitasi tanpa usaha pembaharuan. Ya, suatu hari nanti bila bahan bakar tersebut habis, maka dunia akan gelap gulita.

Tulah kesepuluh: Kematian anak sulung
Dalam budaya patriarchal Timur Tengah yang kuat, kedudukan anak sulung -terutama yang laki-laki- sangat penting. Raja/Pharaoh pun akan digantikan oleh anak sulungnya. Oleh karena waktu itu Mesir tidak sadar-sadar juga, maka Tuhan memperingatkan kembali dengan 'mengambil' anak sulung mereka. Kejadian belum lama ini mengingatkan saya kepada tulah kesepuluh. Pemimpin Libya, Khadafi baru saja kehilangan salah seorang anaknya karena suatu serangan. Kebetulan kedudukan sang anak cukup penting di dunia politik Libya. Di dunia modern ini, akankah Tuhan mengingatkan kita bila kita terus berada dalam kesalahan?

Selain "mencocokkan" tulah-tulah tersebut, zaman sekarang muncul hal-hal ajaib yang tadinya hanya ada dalam dongeng. Sebut saja buku yang bisa meledak dan bajak laut. Hari gini masih ada bajak laut! Bagaikan dongeng... 

Orang juga jadi hobi membolak-balik fakta, sehingga membingungkan "korbannya". Yang seharusnya salah menjadi benar, dan sebaliknya. Maraknya kembali isu terror baru-baru ini mengindikasikan bahwa ancaman "bolak-balik fakta" atau brainwash masih tersebar di mana-mana. Orang mudah dihasut. Di televisi, siaran berita serius malah menjadi konyol, karena para pembicara sibuk membolak-balik fakta. Contohnya: kasus Prita Mulyasari, konsumen protes kok malah dituntut dan negara diam saja; DPR memboroskan uang rakyat untuk plesir dan membangun gedung, dan lagi-lagi nggak ada yang bisa menyadarkan bahwa itu salah; kasus suap, korupsi, dan money laundering yang semakin nggak jelas tersangkanya; terror dan brainwash, seolah-olah Tuhan menyuruh orang untuk membunuh, padahal Tuhan tidak pernah menyuruh untuk merusak ciptaan-Nya sendiri, apalagi menghilangkan nyawa. Terlalu banyak hal yang perlu "diingatkan".

Pesan yang saya tangkap dari fenomena-fenomena di sekitar hari raya Paskah ini adalah "Segeralah bertobat dan perbaiki cara pandang/cara hidup yang salah." Tuhan sudah memperingatkan melalui beberapa fakta di atas dan Tuhan masih sabar menunggu kita untuk kembali ke jalan yang benar. Selamat Paskah!  

Friday, December 17, 2010

Indonesian or English?

I live in Indonesia, my mother tongue is bahasa Indonesia.

I had difficulties to set this blog language. I preferred English for this blog because I'm not familiar with Indonenglish or translations of English commands. Hiyah... I mean, bahasa Inggris yang diterjemahkan secara paksa ke bahasa Indonesia. Sulit juga berbahasa Indonesia :S

I registered as Indonesian, so automatically the commands are in bahasa (sounds weird for me). When I chose English as my language and previewing my post, there were some language mixed-ups in the template >.<

I went to "Settings" or "Pengaturan" on the top page, and then I saw that the language is still Indonesian, although the web-page's language has already in English. So I changed this template language into English. I hope it won't be another mixed-up, hahaha....

Dipta Dharmesti: An Introduction

Shakespeare said that name is not important. For me, a name is a gift, a hope, and also a prayer. 

Actually my complete name is Maria Delarosa Dipta Dharmesti. Beautiful name, is it? Hearing my name, people usually think that I'm half Spanish and Indian, LOL. Physically, I'm to small to be one of them. Yup, Maria is Mother of Jesus Christ. Delarosa means small rose (it was because many roses blossomed near my house's window), Dipta is taken from Sansekerta/ ancient Javanese language, means light, and Dharmesti (also ancient Javanese language), means the prime/important. Yes, I am the firstborn, but my younger sister is also a Dharmesti... Seems like a family name for me.

But as an Indonesian, I usually write only M. D. Dipta Dharmesti or only Dipta Dharmesti, because my nickname is Dipta. Other reasons are because it's simpler to write, sounds familiar to Indonesian, and bring luck (especially in Indonesia, hahaha...). I believe that I was admitted in Gadjah Mada University because that "M. D. Dipta Dharmesti" thing.

I am a bachelor of marketing management major. And also, I am a licensed pharmacist with competency certificate. How could it be? It was because I couldn't choose any suitable major, hahaha... You can ask me later about that ;) 

Finally I started this new blog. My previous blogs were trashes of my anger. Nevermind. Now I start a new page here. I hope Dipta's Thoughts can be useful for you.