Thursday, April 11, 2013

Rome - Vatican: berangkat!

Hhhh... akhirnya bisa menyempatkan nulis lagi tentang perjalanan saya. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, secara tidak terduga saya diundang untuk mempresentasikan tulisan saya di Roma, Italia. Perjuangan cari visa-nya bisa dibaca di sini. Karena saya menjadi penulis tunggal, maka saya sendirian yang diundang dan disponsori. Ber-solo karir deh, bener-bener sendirian.

Rute perjalanan ke Roma tanggal 4-10 Juni 2012 adalah sebagai berikut: Jogja - Jakarta - Doha - Roma (Fiumicino) - Doha - Jakarta - Jogja. Yup, ke Roma saya naik Qatar Airways, karena waktu itu dia yang paling murah. Kalau mau cari tiket internasional (yang pesawatnya besar-besar) bisa dicek www.skyscanner.co.id. Dari Jogja ke Jakarta, saya naik (alm.) Batavia yang penerbangan pagi, karena murah. Padahal terbang ke Doha-nya tengah malam -___- Karena itu adalah hari Minggu, maka bisa puas-puasin kencan di Jakarta (karena waktu itu ada yang diajak kencan) sebelum pergi jauh. Malam jam 21:30, saya diantar naik motor ke Terminal 2 Soetta. Karena yang mengantar belum pernah ke terminal itu, maka salah jalur dan terpaksa berurusan sama polisi :S Sampai bandara untung nggak terlambat, phew...

Waktu check-in, saya diberi kartu warna kuning yang berarti penumpang transit Doha (bukan tujuan akhir). Bagasi juga langsung diambil di Roma, nggak usah pakai ribet waktu di Doha. Kala itu saya pertama kali terbang dari Terminal 2 internasional. Biasanya di Terminal 3, hehehe. Di ruang tunggu, ternyata ada briefing pramugari, waow... bule-bule berkostum burgundy ^^ Inilah akibatnya kalau sendirian, memperhatikan hal-hal yang nggak penting.


Itu boarding pass saya dan suasana dalam pesawat (sebelum di-stop pramugari :p)

Masuk pesawat, wow lagi, karena saya belum pernah naik pesawat besar, jadinya ndeso. Tempat duduknya 2x4x2 dan kursinya dilengkapi TV yang bisa buat main game, nonton, dengar musik, alias video on demand; bahkan bisa buat SMS/telepon (tapi bayar pakai CC). Mau saya potret, tapi mbak pramugari bilang nggak boleh foto-foto. Ya sudah. Waktu berangkat ke Doha, pesawatnya sepi sampai beberapa penumpang bule bisa tidur di beberapa kursi sekaligus. Di pesawat dipinjami selimut, dikasih kaos kaki & bathroom kit. Makan juga berkali-kali. Pertama dikasih snack dan minuman, dilanjutkan main course, dessert dan minuman, sarapan mengulangi urutan yang sama, dan mengakibatkan saya nggak bisa tidur. Penerbangan Jakarta-Doha memakan waktu 10 jam. Pramugarinya ganti kostum 3x selama penerbangan. Saya duduk di sebelah mbak bule dari Rusia ^^ dia dari Bali, mau pulang ke Moscow. Kami berpisah di Doha. Kami mendarat sekitar jam 5 pagi waktu Doha, dan dia segera naik pesawat ke Moscow, dan saya menunggu 9 jam di Doha karena penerbangan saya ke Roma sekitar jam 1 siang -___-





 
Jadi foto-foto nggak jelas di Doha

Apa yang saya lakukan selama 9 jam sendirian? Yah, pertama, cari muterin keliling ruang tunggu, yah begitu-begitu saja... tokonya juga mahal-mahal. Kedua, berusaha cari colokan charger, karena saya bawa laptop dan belum buat slides untuk presentasi *mode malas* Sayangnya, lokasi colokannya nggak strategis dan sudah dimonopoli orang. Ketiga, cari tempat duduk yang nyaman di gate keberangkatan dan berusaha mencari wi-fi supaya bisa kontak orang rumah. Oh ya, karena transitnya di Timur Tengah, maka orang-orang di situ macam-macam, tanpa bermaksud rasis. Ada bule (white), Asia cina, Asia selatan, TKI dan sebangsanya, serta Afrika. Yang saya sebut terakhir ini yang "harum semerbak" sampai saya menggusur diri dari tempat duduk saya.

Selama 9 jam bengong (mau tidur nggak bisa, saya bawa laptop dan sendirian, takut laptopnya diambil orang), saya main ke kafetaria di sana yang banyak antrian, penasaran. Eh setelah browsing tentang Qatar Airways, disebutkan kalau transit "lama" bisa dapat makan gratis. "Lama" itu mungkin lebih dari 3 jam. Karena yakin transit saya termasuk "lama," maka saya menanyakan ke mbak penjaga kafetaria. Benar, ternyata saya boleh makan gratis. Makanannya nasi Arab (briyani). Lauknya boleh pilih daging ayam, sapi, kambing, atau vegetarian. Saya pilih daging sapi, plus dikasih minum cola gratis. Lumayan.

Setelah menunggu 9 jam, akhirnya saya berangkat lagi ke Roma. Penerbangan ini menggunakan pesawat yang lebih kecil, Airbus A320, seperti pesawat AA domestik, tapi ada on demand entertainment-nya. Di sini saya mulai menemukan rumus baru supaya bisa tidur: wine + jus apel :D Baru tau saya, kalau pesan minum wine di Qatar Airways, kita bakal dikasih 1 botol kecil, GRATIS *grin.* Penerbangan Doha - Roma memakan waktu sekitar 6 jam. Yup, dengan banyaknya sesi ngemil - makan - minum, maka saya jadi mencoba berbagai wine mereka: anggur merah Perancis, anggur putih Perancis, dan anggur putih Chile. Ini sekilas ulasannya. Okay, saya nggliyeng sendiri minum kayak gituan, hahaha...

Pesawat dari Doha ke Roma

Pesawat mendarat mulus di Fiumicino sekitar jam 7 sore (masih terang-benderang!). Bandara di Roma ada 2: Fiumicino (atau Leonardo Da Vinci) dan Ciampino. Sampailah saya di Eropa untuk pertama kalinya. Setelah mengambil bagasi, saya menuju ke pemberhentian kereta menuju Termini (sentral-nya MRT Roma) untuk kemudian naik MRT menuju Lepanto station karena saya tinggal di Happy Days Hostel, dekat Vatican. Naik kereta dari bandara kalau nggak salah ongkosnya 14 euro. Sayangnya, waktu saya datang, keretanya masih lama datangnya (masih harus menunggu 30 menit), sehingga saya ditawari naik van seharga 15 euro. Ya sudahlah, naik van, karena masih harus mencari letak hostel dan keburu malam.

"selamat datang di Roma" dan lorong bandara Fiumicino

Sampai di Termini, saya segera mencari MRT dan yang menjual tiket mingguan. Setelah putar-putar sana-sini bawa barang berat, akhirnya saya menemukan petugas yang bisa memberi petunjuk cara membeli tiket di mesin. Harga tiket untuk seminggu kalau nggak salah 16 euro. Bisa dipakai sepuasnya selama seminggu. Akhirnya bisa naik MRT menuju Lepanto.

Dari stasiun Lepanto, saya masih harus mengandalkan peta untuk menemukan hostel. Terseok-seok, saya mencari Via Cola di Rienzo. Setelah ketemu, saya masih harus jalan agak lama untuk mencapai nomer 217. Gedung hostelnya tua, lift-nya kuno sekali, masih pakai kayu. Hostel itu ada di lantai hampir paling atas. Dari depan pintu hostel, saya mendengar suara musik yang keras. Saat dibukakan pintu, saya bisa lihat, ternyata ada party, uhuy... Waktu check-in, nggak taunya masih harus bayar pajak penginapan 1 euro per hari -__-



*ini foto pas pagi* yang di atas hostel dari depan, lift kuno, dan kamar saya

Lanjut, saya menempati 1 kamar yang isinya 10 orang cewek-cowok. Colokan Italia ternyata sama seperti Indonesia, jadi nggak perlu adaptor. Yang bikin rame, ternyata ada free pasta dan SANGRIA, hohoho... Sangria dibuat dari tequila yang ditambah buah-buahan, seperti koktail gitu. Saya juga baru tahu dibilangin penjaga hostel. Karena saya datang sudah gelap, sangria-nya habis, dan malah saya dibukakan botol besar yang baru, suruh habiskan... wedew... saya "cuma" minum setengah botol. Blub. Habis itu diajak jalan-jalan lihat sekeliling sama si penjaga hostel... sempoyongan. Dia malah traktir saya bir... haha, malam pertama di Roma akhirnya diisi dengan mual-mual >.< Jangan ditiru ya... Sungguh nggak enak rasanya. Karena saya sempoyongan, maka penjaga hostel itu membimbing saya jalan pulang ke hostel, habis itu tepar sampai pagi. Untung saya masih sadar, jadi nggak diapa-apain. Forgive me, o Lord...

Okay, cerita berikutnya bersambung ke post berikutnya juga ya...