Thursday, April 14, 2011

A Child's Prayer

I love the song... Waktu dengar ini jadi berkaca-kaca... Jadi pengen buat aransemen lagu ini...


Heavenly Father, are You really there?
And do You hear and answer ev’ry child’s prayer?
Some say that heaven is far away,
But I feel it close around me as I pray.
Heavenly Father, I remember now
Something that Jesus told disciples long ago:
“Suffer the children to come to me.”
Father, in prayer I’m coming now to Thee.

Pray, He is there;
Speak, He is list’ning.
You are His child;
His love now surrounds you.
He hears your prayer;
He loves the children.
Of such is the kingdom, the kingdom of heav’n.

Saturday, April 9, 2011

Every Woman's Song

A song performed by Angela Aki. I want to play this song someday, with a piano, to all great women in my life: my mother, grandmas, sister, and friends.



This is the lyrics:

Every woman is a story
Might not always have a happy ending
And every story has a history
And the past is always worth remembering

To all the women who have gone before me
To all the women who have yet to come
We all weave our separate stories
But from a distance they are one

We are a rainbow of faces and a tapestry of songs
We all come from different places in this world
Though we are strangers when we meet
We are sisters when we're done
We are beauty, we are mystery, we are one
We are every woman's song

And every woman is a journey
We are always right where we belong
Hearts can guide us, hearts can blind us
Still we carry one

Thank you to the mothers and daughters of my soul
To all the women I will never know
And you have given me a voice that I can call my own
You are beauty, you are mystery, you are one
You are every woman's song

We are a rainbow of faces and a tapestry of songs
We all come from different places in this world
Though we are strangers when we meet
We are sisters when we're done
We are beauty, we are mystery, we are one
We are every woman's song

This is every woman's song

Thursday, April 7, 2011

My opinion: Antibiotik

Tadi lihat newsticker sebuah stasiun televisi ada berita mengenai antibiotik yang dapat mengakibatkan kematian. Yayaya, pada kasus ini ada kemungkinan peresepan antibiotik yang ngawur, sehingga informasi yang disampaikan kepada pasien pun salah.

Pertama-tama, sesuai dengan yang saya pelajari sewaktu kuliah farmasi, OBAT = RACUN. Makanya, ada lambang farmasi yang berbentuk piala dan ular. Lho, berarti kalau minum obat = minum racun dong? Ya, tapi yang membedakan obat dengan racun adalah dosisnya.

Kedua, apakah antibiotik itu? Antibiotik adalah obat untuk membunuh mikroba yang mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, apabila orang terinfeksi mikroba atau terkena penyakit yang disebabkan mikroba (misal: typhus, radang tenggorokan, dll), dokter biasanya meresepkan antibiotik yang sesuai untuk membunuh mikroba itu. Mengapa "yang sesuai"? Karena mikroba bermacam-macam dan terdapat beraneka macam golongan antibiotik. Golongan antibiotik yang paling sering didengar antaralain yang berakhiran -cilin, -floxacin, dan sebagainya. Namanya aneh-aneh karena pada umumnya nama obat itu dibuat berdasarkan struktur kimianya. Misalnya PARASETAMOL (obat turun panas) diambil dari para-asetil-amino-fenol, struktur kimianya.
Kembali ke antibiotik. Penentuan dosis antibiotik itu sangat penting. Namanya juga racun pembunuh mikroba pengganggu, dosisnya harus tepat. Bila dosisnya kurang, mikrobanya nggak mati, tapi kalau berlebihan, yang namanya racun pasti mengakibatkan sesuatu bagi tubuh. Karena itulah, pembelian antibiotik harus dengan resep dokter.

Ketiga, mengapa antibiotik harus diminum teratur sampai habis? Simpel, kalau kita mau membunuh hama, maka hama itu harus terus 'dicekoki' racun hingga mati. Bila ditengah-tengah proses itu berhenti, hama itu akan pulih dan menjadi resisten terhadap racun yang digunakan. Begitupun untuk kuman. Antibiotik bagaikan pestisida. Harus diminum secara teratur untuk menjaga kadarnya dalam tubuh, dan harus diminum hingga habis agar mikroba benar-benar mati.

Nah, yang disayangkan saat ini, para rekan dokter banyak yang latah dalam meresepkan obat. Kebanyakan dokter meresepkan berdasarkan hafalan, tidak customized berdasarkan kasus penyakit pasiennya. Saya pernah menjumpai resep dari seorang dokter yang selalu memberi antibiotik, padahal penyakit pasiennya belum tentu perlu diberi antibiotik. Sakit flu misalnya. Flu disebabkan oleh virus, bukan mikroba. Virus itu berbeda dengan mikroba (bakteri & jamur). Sejauh ini, virus belum ada obatnya. Namun para dokter biasa meresepkan antibiotik (biasanya amoxicillin) pada penderita flu. Ya, itu bisa bila pasien juga menderita batuk. Obat yang paling tepat untuk flu menurut saya adalah peningkat daya tahan tubuh (imunomodulator), karena virus dapat diusir dari tubuh oleh tubuh sendiri. 

Hal kedua yang saya sayangkan adalah kurangnya informasi mengenai interaksi obat yang disampaikan kepada pasien (atau malah pengetahuan tenaga medis sendiri yang kurang?). Ini juga bagi sejawat saya, para apoteker yang menyampaikan obat (dispensing) kepada pasien. Sebaiknya disampaikan bahwa obat "A" jangan diminum bersama obat atau makanan "B" karena dapat menimbulkan efek berbahaya, atau misalnya: "sebaiknya parasetamol tidak diminum dengan susu karena efeknya akan berkurang" (ya, karena molekul parasetamol akan berikatan dengan susu, bukan dengan reseptor tubuh). Dengan demikian, pasien mengetahui aturan minum obat yang benar, serta meminimalisir risiko. Telah banyak kasus mengenai kesalahan cara minum obat yang mengakibatkan kematian (mungkin kasus antibiotik ini salah satunya).

Hal ketiga, bagi sejawat saya para apoteker yang bekerja di industri, terutama pada bagian produksi, research & development dan quality assurance, mohon untuk selalu bekerja dengan jujur dan menaati GMP dengan baik, karena produk yang Anda buat dapat menentukan hidup seseorang. Pastikan obat yang dibuat memenuhi standar safety, quality, dan efficacy (aman, berkualitas, dan manjur).

Wednesday, April 6, 2011

Jadi dokter perusahaan ah...

Bangkrut merupakan suatu hal yang tidak mengenakkan bagi siapapun. Kebangkrutan merupakan akhir hidup suatu perusahaan. Seperti halnya makhluk hidup, bila perusahaan "sakit" terus menerus dan tak segera "diobati", maka hal ini akan dapat mengakibatkan "kematian" perusahaan itu.

Kebangkrutan tidak mendadak terjadi. Bagaikan tubuh yang sakit, pasti ada gejala-gejalanya. Nah, bagaimana cara meramal kebangkrutan suatu perusahaan?

Pertama, kita membutuhkan data dari income statement dan balance sheet atau neraca. Kedua, perhatikan earnings before interests & taxes (EBIT) dan net sales dari income statement. Ketiga, perhatikan total assets, market value of equity, total liabilities, current assets (aset jangka pendek), current liabilities (kewajiban jangka pendek) dan retained earnings (laba ditahan) dari neraca.

Untuk apa data di atas?
Prediksi kebangkrutan dapat dilakukan menggunakan Altman Z-Score. Jadi, data di atas digunakan untuk menghitung Z-Score tersebut. Rumusnya:

Z-Score = A x 3.3 + B x 0.99 + C x 0.6 + D x 1.2 + E x 1.4 
A = EBIT/Total assets
B = Net sales/total assets
C = Market value of equities/total liabilities
D = Working capital/total assets
E = Retained earnings/total assets
(From http://www.creditguru.com/CalcAltZ.shtml)

Ramalan kebangkrutan dapat dilihat dari Z-Score yang dihasilkan. Semakin rendah Z-Score, maka semakin parah "penyakit"nya. Bila Z-Score sudah dibawah 1.80, maka perusahaan sudah kritis. Namun, Altman Z-Score ini merupakan prediksi untuk 2 tahun ke depan. Jadi, masih ada waktu untuk "mengobati"nya. Kalau begitu, apa obatnya? Itu tergantung data kinerja perusahaan. Sebagai apoteker, mungkin saya bisa mengira-ngira "obat"nya, dengan melihat data tersebut, hehehehe... So, any question?

Monday, April 4, 2011

Pelajaran dari Macau

-Sambungan dari (m)Alay-sia-

Berangkat dari KL hari Sabtu tanggal 12 Februari 2011 sekitar jam 5 sore waktu setempat, Tias dan saya mendarat di Macau International Aeroporto sekitar jam 20.30 waktu Macau (sama seperti Malay & WITA). Landasan di bandara ini unik, 1 pulau sendiri, memanjang. Saya lihat waktu pesawat mulai mendarat, benar-benar berbatasan dengan laut!! Kami disambut udara malam yang dingin, sekitar 8-10 derajat celcius. Tias segera mengaduk-aduk kopernya di dalam pesawat, mengambil jaket tebalnya, sehingga kami keluar paling akhir dari pesawat itu. 

Setelah urusan imigrasi (Yuuhuu koleksi cap paspor!!), kami masuk ke arah pengambilan bagasi (padahal nggak pakai bagasi). Di ruang itu ada toilet & air minum, lumayan bisa refill botol :)) Di ruang ini juga sifat norak khas orang Indo mulai keluar, hehehe... biasa, foto-foto, mumpung banyak tulisan "Welcome to Macau" dan nggak ada tulisan atau simbol "dilarang memotret". Tapi begitu action ada mbak-mbak petugas bandara yang cantik datang ke arah kami sambil senyum-senyum... Maksudnya bilang "nggak boleh foto-foto". Waktu nunggu Tias ke toilet, saya menemukan ada cewek muda dengan baju norak (dingin-dingin malah pakai rok mini & legging) lewat sambil membolak-balik paspor hijaunya. Wah, akhirnya ada orang yang bisa bahasa Indonesia :) Melihat saya bengong di depan toilet, cewek itu menghampiri & bertanya, di mana mengambil bagasi. Oke deh, saya tunjukkan (padahal saya sendiri kan nggak ambil bagasi, hehehe).

 Welcome to Macau
 Foto yang berhasil diambil sebelum diberi "senyum" petugas :p



Setelah bengong-bengong sebentar, kami menuju arah exit. Wah, bandara Macau kecil ternyata. Keluar-keluar langsung tempat penjemputan. Bakal repot sepertinya kalau mengingat rencana awal, tidur di bandara. Polisi-polisi yang jaga di situ juga ngeliatin kami mondar-mandir ga jelas :p Tias mengajukan rencana B, yaitu menelepon penginapan yang kami book untuk tanggal 15 Februari, Augusters Lodge, karena pemilik penginapan itu terkenal ramah. Iya sih, daripada tidur di bandara -yang belum tentu diizinkan- dengan suhu 8 derajat celcius. Untuk dapat menggunakan telepon umum, kami harus menukar uang Macau Pattaca (MOP). Mata uang ini sulit ditemukan di money changer Indonesia, sehingga kami menukarnya di money changer bandara Macau. Saya malah pakai acara salah tukar segala (maksud menukar HKD, malah yang keambil Yuan China soalnya warnanya mirip :S), ya sudahlah, yang penting mengantongi MOP. Kami juga sudah siap-siap mencari penginapan itu berbekal peta print-print-an dan kompas, kalau misalnya ada kamar. Kami juga sudah siap-siap nyegat bis MT1 atau MT2 (berikut recehnya, soalnya bayar bis harus uang pas, 4.2 MOP/HKD, sekali masuk ke "celengan") yang menuju Grand Lisboa, karena penginapan itu di daerah sana.


Uang 100 Hongkong Dollar, warnanya mirip sama 100 Yuan (di bawah)

100 Reminbi/Yuan, kalau mengantongi dua uang di atas bisa tertukar lho :D

Di tengah kebingungan, kami bertemu kembali dengan mbak "paspor hijau" yang tadi. Dia dari Brebes, kerja di Macau dan ngakunya sedang menunggu dijemput "kakak" yang juga bekerja di Macau. Kami juga bercerita kalau kami mau tidur di bandara atau mencari penginapan, sambil bertanya peta & arah. Cewek itu langsung heran mendengar kami mau tidur di bandara. Tak lama kemudian "kakak"nya datang. Kedua TKW yang sudah lama tinggal di Macau ini ternyata nggak bisa baca peta, hahahaha... Tapi kabar baiknya, kami ditawari menginap di tempat mereka. Lucky! Kami berempat akhirnya naik taksi menuju tempat tinggal para TKW itu. Mereka bahkan membayari taksinya, padahal mahal lho, 85 dollar (sekitar Rp100ribu). Sayangnya sopir taksi Macau itu nggak ramah dan suka ngebut. Tapi salut juga mengetahui para TKW itu lancar berbicara 4 bahasa: Jawa, Indonesia, Kanton, dan Inggris!!! Kalau tidak salah, mereka tinggal di daerah yang namanya sounds like "Tay Hin Kei". Di perjalanan, mbak "paspor hijau" bercerita kalau dia ditanyai macam-macam oleh petugas imigrasi, jadi lama deh... (saya berpikir mungkin gara-gara dia TKW ya??)

Di Macau aturannya berbeda dengan Hong Kong, para TKW yang bekerja sebagai pembantu rumah-tangga boleh indekos dan tinggal terpisah dari majikan. Sesampainya di kost TKW, kami menemukan sekitar 6-8 orang yang tinggal di sana, dibagi menjadi setidaknya 2 kamar seperti apartment, dengan tempat tidur tingkat. Katanya sih sewanya 500 dollar per bulan (sekitar Rp600ribu). Karena banyak orang, suasana menjadi hangat. Mereka baik sekali kepada kami, meskipun baru bertemu. Kata mereka "Kalau kita bermaksud baik, maka orang lain akan baik kepada kita". Good words :) Walaupun TKW seperti itu, mereka punya beberapa PC dan laptop lho... Wow!! Saat kami datang, ada 2 TKW yang baru pulang. Hmm... saya agak curiga karena kostum mereka seperti -maaf- pelacur. Tapi positive thinking dulu lah, siapa tahu malam minggu, mereka habis main di kasino. Pulang-pulang, 2 orang TKW itu langsung bermain dengan laptop dan headset, dengan suara musik. Chatting YM rupanya. Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Tempat tidur untuk kami sudah mereka siapkan, berikut beberapa selimut tebal. Di atas tempat tidur kami masih ada tempat tidur (tingkat). Saya pamit tidur duluan, sementara Tias masih mengurus barang-barangnya.

Sebenarnya saya cuma tiduran. Dengan posisi tidur begini, saya masih bisa "membaca" kegiatan para TKW ini. Ternyata mereka "bekerja sambilan" saat weekend. Setidaknya 4 TKW diantara mereka chat di laptop masing-masing sambil teleconference. Canggih kan? Lagu yang mereka putar macem-macem, mulai dari lagu pop biasa, dugem, & dangdut remix. Mereka teleconference dengan laki-laki yang "mengatur" (mungkin diatur dari Indonesia). Saya juga mendengar ada yang curhat mengenai seorang teman mereka, yang dibilang bekerja sebagai "showgirl", tapi menghina mereka. Orang yang bercerita itu bilang, "Wah, munafik tuh si X, padahal dia sendiri JUGA showgirl." Whoa... lalu ada lagi yang cerita begini, "Eh, si Y itu berani ya pakai teknik. Live lagi. Kalau aku sih nggak mau pakai teknik gitu." Yayaya... dari percakapan itu saya bisa menyimpulkan apa "pekerjaan" mereka... Menjelang pagi, saya mendengar percakapan lagi, "Wah, aku di-ban, harus pindah chat room nih..." Fufufu... Ya, mereka adalah perempuan yang menawarkan "tontonan" online menggunakan webcam dan fasilitas chat. Di kalangan mereka, pekerjaan ini diberi istilah "showgirl". Tampaknya mereka diatur dari Indonesia. Pantas, si mbak "paspor hijau" itu mengalami kesulitan waktu ditanya-tanya petugas imigrasi...

Mbak-mbak yang chatting semalaman baru tidur jam 6 pagi. Jam 7.30 saya benar-benar bangun. Saya dan Tias berencana ke HongKong naik ferry pagi itu. Para TKW di kost itu masih pada tidur. Beberapa saat kemudian, Tias bangun dan mbak-mbak yang tidur di bed di atas kami bangun. Mbak-mbak yang ini tidur awal semalam, dan nggak 'bekerja sambilan'. Mereka baik sekali, kami dipersilakan sarapan. Saya membuat kopi susu panas, karena di Macau dingin dan hujan. Kami menanyakan bagaimana caranya sampai ke pelabuhan. Mereka akan mengantar kami. Bahkan, kami diberi receh untuk naik bis (sekali lagi, uang pas). Baik sekali :) Sebelum berangkat, kami mengobrol sebentar. Saya bercerita -karena besoknya hari Valentine-, kalau Valentine kali ini saya tidak merayakannya dengan pacar saya (of course, he's in Indonesia!!). Kami juga menanyakan istilah-istilah bahasa Macau, seperti "passagem" untuk halte bis, dan lain-lain. Kata mereka, kami akan 'aman' asal bisa bahasa inggris.

Kami diantar salah satu TKW menuju halte bis ke pelabuhan. Waktu itu hujan. Di perjalanan menuju halte, TKW ini curhat -gara-gara kami tanya, berapa lama dia nggak pulang- dia sudah 6 tahun nggak pulang ke Indonesia, walaupun dia rindu pada orangtuanya. Lho? TKW ini mengaku kalau dulu, cowoknya di Indonesia menghamili kakaknya, kemudian dia berantem dengan kakaknya hingga kakaknya memukulinya. Ternyata itu sebabnya dia tidak pulang. Tapi ada yang lebih mengejutkan kami, yaitu saat dia berkata, "Si C itu cewekku. Yeah, aku sudah nggak suka lagi sama cowok." O.O Dua TKW yang tidur di atas bed kami ternyata adalah pasangan lesbian. Whoa... baru kali ini saya bertemu dengan pasangan yang nyata... Ya, jelas alasannya mengapa dia jadi seperti itu and so far, mereka sangat baik kepada kami.


Pengalaman ini merupakan sesuatu yang berharga yang kami dapatkan di Macau. Di balik status mereka yang showgirl maupun lesbian, ternyata hati mereka baik, bahkan lebih baik daripada yang "normal". Itu pelajaran yang kami dapat. Tidak semua orang yang seperti itu buruk. Don't judge a book by its cover. Thank you very much, mbak-mbak TKW :)


Anyway, kami sampai pelabuhan dengan selamat dan nggak pakai nyasar. Setelah membayar sekitar MOP/HKD 145, kami menaiki FirstFerry menuju HongKong. Ferry Macau-HongKong nyaman lho. Kursinya seperti kursi pesawat. Coba ferry Indonesia seperti ini...


Macau Ferry Terminal

Kursi di ferry, nyaman lho!


-bersambung ke post selanjutnya, HongKong ^^-