Sunday, May 29, 2011

Entertaining myself

Weekend ini perasaan saya sedang nggak enak karena suatu hal. Pengennya bersenang-senang, tapi malas keluar rumah (di luar panas!!). Mendingan nyanyi lagu "jadul" dari Frente!, band Aussie, Accidently Kelly Street (kalau menurut saya: Accidently Kakap Raya Street :p). Terinspirasi setelah nonton film Taiwan: Blue Gate Crossing :) Semoga perasaan saya membaik.

Frente! - Accidently Kelly Street


here's a door and
here's a window
here's the ceiling
here's the floor
the room is lit like
a black and white movie
the t.v.'s on, that's what it's for
and if you walk real slowly
you can feel the planet breathe
there's no need to feel so lowly
now that we've all learned to give

accidently kelly street
where friends and strangers
sometimes meet
accidently kelly street
i never thought life
could be so sweet

in the garden birds are singing
the sun is shining on the path
the wind is talking to the flowers
the dogs and cats all take a bath
and if you stop that talking
you can hear the traffic sigh
throw away those keys
start walking, watch those
tiny things go by

accidently kelly street
where friends and strangers
sometimes meet
accidently kelly street
i never thought life
could be so sweet

it's sunday everyday
and there's no need to rush around
inside of everybody there's sun
and laughter to be found
it seems that we're on holidays
and sleeping in is not a sin
all the housework's done by teatime
i'm feeling good about
the way i've been

perhaps this optimism
will crash on down
like a house of cards
i know that my decision
to change my life was not that hard

accidently kelly street
where friends and strangers
sometimes meet
accidently kelly street
i never thought life
could be so sweet

accidently kelly street
where friends and strangers
sometimes meet
accidently kelly street
i never thought life
could be so sweet

accidently...
accidently...
accidently kelly street
i never thought life
could be so sweet!

Friday, May 27, 2011

Music Lives Up My Life!

Hidup adalah musik. No life without any music. Bahkan pada zaman prasejarah, orang sudah bermusik. Setiap perasaan, baik itu susah maupun senang dapat diekspresikan dengan musik. Setidaknya itu yang saya alami sepanjang hidup saya.

Setiap bayi yang hidup di dunia ini pasti mengawali hidupnya dengan sebuah nyanyian. Ya, tangisan bayi adalah nyanyian pertama bayi tersebut di dunia. Begitupun dengan saya. Sejak kecil orangtua saya telah mengenalkan musik kepada saya, walaupun mereka bukan pemusik ataupun penyanyi. Ketika masih balita, ibu saya mengajari saya sebuah nyanyian yang dinyanyikan saat hujan.

"Rain, rain go away, come again another day,
little children, little children, little children want to play"
Lagu singkat dan sederhana, tapi dulu saya percaya, hujan akan berhenti jika saya menyanyikan lagu itu, dan saya bisa bermain di luar rumah. Buku cerita Noddy karangan Enid Blyton merupakan buku favorit saya saat playgroup. Buku itu menceritakan Noddy, boneka yang suka mengarang lagu. Karena dalam buku itu ada syair dan tidak ada notasinya, maka kadang-kadang ayah saya mengarang nada untuk menyanyikan syair dalam buku itu, hahaha... Kreatif juga beliau. Saat akan tidur, tak jarang beliau memainkan nada-nada dari keyboard mini untuk mengantar saya tidur. Begitulah awal perkenalan saya kepada musik.

Saat ulang tahun saya yang ke-10, ayah saya memberi kejutan. Diam-diam saya dibelikan sebuah gitar besar yang lubangnya banyak, seperti model gitar KLA Project waktu itu. Tinggi gitar dan tinggi saya hampir sama, hahaha... Selain gitar, juga ada buku akor gitar yang berisi lagu-lagu "jadul" seperti Why Do You Love Me (Koes Plus). Awalnya saya malas belajar main gitar, karena sebetulnya saya lebih ingin main piano. Saya sempat belajar piano hanya selama 3 bulan dengan tetangga saya, hehehe.... Nah, lama-lama saya tergelitik juga melihat gitar yang menanggur karena orang di rumah nggak ada yang bisa memainkan alat musik "betulan". Saya mencoba-coba sendiri bermain gitar. Lagu yang setia mengiringi saya adalah lagu-lagu The Moffats, karena akornya mudah. Dulu saya adalah penggemar berat album pertama The Moffats (bukan saat masih menjadi Moffat Brothers, lho :) Saya kagum karena mereka bisa mengarang lagu dan bernyanyi sambil bermain musik. Menurut saya, itu hebat karena kebanyakan band hanya bermain musik saja atau menyanyi saja tanpa memecah suara.
 Me & my first guitar

The Moffatts - Miss You Like Crazy

Hal yang berkesan adalah saat SMP. Baru 1-2 bulan menjadi siswa SMP, kelas saya diminta ikut lomba band antarkelas. Wow... Ajang itu menjadi penampilan band pertama saya yang bernama "Kaisar", gabungan huruf belakang nama personilnya. Lagu pertama yang dibawakan adalah Pretty Fly (For A White Guy) yang dipopulerkan The Offspring. Saya menyanyi bersama sang vokalis, sambil main bas yang tingginya mungkin sama dengan tinggi badan saya waktu itu, hahaha... Penampilan pertama cukup sukses. Band kami menjadi band terfavorit. Saya mendapat sekuntum mawar merah dari seorang kakak kelas di panggung. Karena tangan saya sibuk mencabik bas, saya gigit aja tuh mawar, hihihi.... 

Dulu saya adalah anak yang sangat pemalu. Keberanian untuk tampil baru muncul saat SMP. Gara-gara waktu itu teman sebangku saya selama 3 tahun mengatakan kalau saya bisa menyanyi dan mengajak saya menyanyi (padahal dulu saking pemalunya, dipilih jadi anggota paduan suara aja nggak pernah!). Tampaknya saya memang "berjodoh" sama teman yang satu ini, soalnya SMA bareng (tapi beda kelas sih), dan kuliah satu jurusan juga. Thanks to her, because she encouraged me to sing :)

Saya menyukai pelajaran Seni Musik. Lagu pertama saya yang berjudul Sadness Sign (karena bercerita tentang kematian seorang cewek karena mengemudi saat mabuk) tercipta gara-gara pelajaran itu. Di ujian akhir SMP, kelompok saya mengaransemen dan memainkan lagu Dido - Thank You. We want to say "thank you" to our teachers and friends, begitupun saat lulus, lagu Vitamin C - Graduation (Friends Forever) mengiringi kami.
The Offspring - Pretty Fly (For A White Guy)
Dido - Thank You
Vitamin C - Graduation (Friends Forever)

Ada juga hal yang tidak begitu menyenangkan. Saat broke-up dengan pacar pertama saya, teman-teman sekelas menghibur dengan menyanyikan lagunya Shaden - Dunia Belum Berakhir ("jadul!" :p), Westlife - Fool Again, dan M2M - The Day You Went Away. Kalau sedih, saya masih sering menyanyikan lagu-lagu itu dengan gitar dan saya dapat merasa lebih baik :) Belum lama ini, saya juga menggunakan salah satu lagu itu untuk menghibur seorang teman, dinyanyikan dengan suara pas-pasan (see http://diptadh.blogspot.com/2011/03/fool-again.html).
Shaden - Dunia Belum Berakhir

 M2M - The Day You Went Away
Di bangku SMA, kadang-kadang saya masih bermain musik bersama teman-teman sekelas. Kali ini saya lebih sering memainkan keyboard, karena mayoritas teman main band saya yang cowok-cowok menganggap keyboard feminim (I don't think so!). Padahal waktu itu favorit saya adalah musik alternatif macam Blink 182 dan Avril Lavigne. Yup, the show must go on!

Menjelang kuliah, orangtua saya sempat menawari untuk melanjutkan sekolah ke institut seni, namun saya lebih memilih S1 jurusan manajemen di sebuah universitas negeri terbaik di Jogja dan jurusan farmasi di sebuah universitas swasta. Lho?! Biar temannya banyak, hehehe.... Musik sangat membantu menghibur saya di sela-sela kuliah yang padat. Kegiatan paduan suara universitas membantu saya mengurangi stress. Lumayan, bisa teriak-teriak habis kuliah :D Theme song-nya kebanyakan lagu aliran klasik berbahasa aneh-aneh seperti An Der Schonen Blauen Donau (Strauss), Aria (Bach), sampai Memory (Cats). Kadang-kadang saya beruntung bisa sepanggung dengan musisi terkenal seperti Slank atau sama-sama jadi artis dengan Yovie & The Nuno, kalau paduan suara sedang ada job di event tertentu. Di kampus, saya juga sempat rekaman bersama teman-teman dengan lagu ciptaan teman-teman dan aransemen sendiri. Saya diminta 2 band peserta rekaman mengisi bagian keyboard dan sebagian vokal. Lagu yang dimainkan bercerita mengenai gempa Jogja lima tahun yang lalu dan lagu lainnya adalah lagu beraliran alternatif mengenai seorang ayah. Kebetulan ada dosen-dosen baik hati yang bersedia mensponsori sebuah album kompilasi di fakultas :) 

Di kampus yang lain (farmasi), saya juga bergabung sebagai keyboardist dengan band yang cukup sering manggung di Jogja waktu itu (zaman sponsor rokok masih diperbolehkan di universitas, hehehe). Malah suatu ketika, karena kepepet dan nggak ada yang main drum, saya bermain drum lagunya Franz Ferdinand - Do You Want To ditonton ratusan orang untuk pertama kalinya... Grogi juga :p Sewaktu menjadi panitia OSPEK, saya juga tergabung dalam band seksi kesenian yang bertugas menciptakan soundtrack OSPEK berikut dance-nya. Seumur-umur hanya pada event itu saya mengajari orang menari (padahal nari aja kayak robot!). Dua tahun berturut-turut saya jadi panitia OSPEK. Beruntunglah yang sempat menonton saya waktu itu, 'cause it won't happen again, hehehe...
Franz Ferdinand - Do You Want To

Masa-masa "ke-artis-an" saya berakhir saat lulus kuliah dan bekerja di sebuah pabrik farmasi di daerah Bekasi. Di sana pekerjaan saya cukup padat. Masuk jam 07.00, pulang pernah jam 00.30, bahkan jam 03.00, dan no music at work! (Menderita juga, walaupun teman-teman saya di sana baik sekali dan kompak, bahkan orang-orang bagian security sering ngajak main band). Saya hanya mendengarkan musik di kost dan sering mellow sendiri (ngaku nih!). Lagu favorit saya saat di perantauan adalah Il Divo - Mama, Queen - Somebody To Love, dan Asher Book - Try. Dengan pengalaman saya "kerja rodi" seperti itu, orangtua mengharapkan saya pulang ke Jogja dan melanjutkan S2. Saya juga kangen bangku kuliah, hehehe... dan harapan terkabul. Cukup 8 bulan "menderita", saya berhasil resign dan diterima di master of science program jurusan manajemen sebuah universitas negeri terbaik di Jogja. Ternyata kuliah lebih menyenangkan daripada kerja di pabrik -menurut saya lho- Roda seperti berputar dan saya seperti mendapatkan kembali segala yang "hilang": musik, kebebasan, keluarga, dan pacar saya pun kembali setelah saya resign :) What a miracle! Bahkan, saya pun mendapatkan bonus pekerjaan yang dapat dilakukan sambil kuliah di Jogja, dengan full music di kantor, karena bos saya juga suka bermusik :) Itulah pengalaman hidup saya bersama musik. We are born this way (Lady Gaga), and yes, welcome back to the music, and let the music lives up your life.
Il Divo - Mama


Saturday, May 21, 2011

Hong Kong ^^

-sambungan Pelajaran dari Macau-

Minggu pagi, 13 Februari 2011, saya dan partner jalan saya Tias terbangun di kost TKW di Macau yang sudah saya ceritakan di post sebelumnya ^^. Kami diberi sarapan juga receh untuk naik bis -mengingatkan lagi, bis di Macau nggak ada kembalian karena uang langsung masuk "celengan"- lalu diantar menuju halte bis ke Outer Harbor Ferry Terminal Macau. Bisnya yang ada tulisan "Ferry Terminal", hehehe... untung masih ada tulisan "normal" di Macau :) Bis Macau menggunakan sistem bel untuk berhenti, jadi di dekat-dekat tempat duduk ada tombol bel.

Di bis kami bertemu encim yang bisa bahasa inggris... Dia ternyata seorang guide. Kami diberi tahu cara membeli tiket ferry. Syukurlah :) Sesampai di Ferry Terminal, encim itu mengantar kami hingga masuk Ferry Terminal dan berpesan, "Kalau tiket ferry-nya kemahalan, beritahu saya saja, nanti saya nego-kan ke teman saya." Baik ya? :)) Tapi sayangnya kami agak buru-buru karena sudah agak siang dan saking banyaknya orang di Ferry Terminal, kami tidak menemukan encim itu lagi :p

Naik FirstFerry (salah satu merek ferry) dengan HKD 145 (kira-kira Rp175000) dan waktu kira-kira 1 jam, kami sudah tiba di pelabuhan HongKong, daerah Tsim Sha Tsui :) Tempat tersebut nggak seperti pelabuhan, tapi malah seperti mall... beneran lho... Nah, karena udara dingin dan lapar, kami membeli makanan & cari yang murah, hehehe... keliling foodcourt, kami menemukan paket mie + minuman seharga HKD 20-an lumayan lah. Lucunya, yang ditulis "normal" di paket itu cuma angka harganya, lainnya huruf cina :)) Waktu pesan makan bingung tuh, sampai pelayannya keluar memastikan gambar paket yang kami tunjuk, hahaha... maklum buta huruf >.<


Menu mie + ham HongKong :p (hati-hati, haram lho!)

Keluar pelabuhan, kami mencari Nathan Road, jalan raya yang cukup terkenal di Hong Kong, tempat penginapan yang kami pesan. Nggak jauh sih, cuma nyebrang-nyebrang jalannya yang harus muter-muter & kami lupa alamat pasti penginapannya! Hahaha... Yang bikin susah, kami nggak bisa tanya internet, karena nggak ada wi-fi. Pokoknya ingat aja di Mirador Mansion, entah lantai berapa. Payahnya orang-orang yang kami tanyai di Nathan Road itu nggak ada yang tau Mirador Mansion! Malah nemunya ChungKing Mansion :S Tidak lupa peta + kompas digunakan :)) Akhirnya ketemu deh pintu berhias lampion merah yang di atasnya bertuliskan "Mirador Mansion". Tias juga SMS temannya di Indonesia (mahal tuh Rp5500-an sekali SMS), tanya alamat pasti Cosmic Guesthouse yang kami pesan, dan nggak taunya ada di lantai 12 Mirador Mansion. 

Jangan mengira kalau "Mirador Mansion" itu seperti apartment di Jakarta... "Mirador Mansion" lebih mirip Pasar Bringharjo Jogja, hahahaha... lantai bawah banyak kios souvenir, baru atas-atasnya jadi penginapan. Kami book 2 malam dengan harga HKD 180 per malam untuk berdua. Itu yang kamar mandi dalam & sama cicik penjaga, kami diberi kamar yang ada jendelanya. Kuncinya pakai kartu tap yang ditempel ke pintu. Begitu masuk kamar, jreeenggg.... ternyata sekamar penuh dengan 1 tempat tidur :))))) Yang disebut "kamar mandi dalam" itu cuma space di pojok kamar, kira-kira 1x2 m berisi shower, toilet duduk, dan sekaligus wastafel di atasnya... ckckck.... terus pembatasnya cuma kaca & tirai blur semi-transparan, hwahahaha... (dalam hati: alamat nggak mandi nih, wkwkwkwk). Tapi masih beruntung, ada 1 shared bathroom di depan kamar kami yang agak lebih luas dan berpintu. So, saya pilih MCK di sana :p Oiya, info yang mungkin berguna: di sana itu bener-bener WC kering, jadi hanya disediakan tisu toilet untuk "bersih-bersih". Saya sarankan kalau ke sana, minta gelas plastik sama cicik penjaga (gelasnya gratis) buat "gayung", atau kalau sudah PD, pakai tisu basah saja :D

Nih, sekamar kasur semua kan?
 
Kami cuma menaruh koper & ransel di penginapan itu, langsung cabut pergi ke tujuan selanjutnya: The Peak, Madame Tussauds, Kowloon Ladies Market, dan Avenue of Stars (mau lihat Symphony of Light :). Segera, dengan berbekal payung (hujan sih...) kami menuju MTR Station terdekat (Tsim Sha Tsui), dan membeli Octopus Card seharga HKD 150 (itu termasuk deposit HKD 50 :).

Sekedar intermezzo, hari itu hari Minggu, banyak wajah-wajah melayu di sekitar kami. Karena baru pertama kali naik MTR HongKong, katrok lah... Kami nggak ngerti apa-apa dan rasanya senang deh tau ada banyak orang yang kira-kira ngerti bahasa Indonesia :D Kami membawa peta MTR yang diambil dekat booth tempat beli Octopus Card. Yup, tujuan selanjutnya: Central Station. Nah lo, nggak tau lewat mana. Tanpa ba-bi-bu, saya menyapa segerombolan cewek berwajah melayu yang ngerumpi di dekat kami, "Mbak, kalau mau ke Central lewat mana ya?" Eh, gerombolan tadi malah senyum-senyum, hahaha, lucu juga sih, dengan PDnya saya menyapa "Mbak" hahaha...

Sampai di dalam MTR, saya bertemu ibu-ibu yang sedang ngobrol berbahasa jawa yang ada di dalam MTR itu. Masih dalam rangka lega ketemu orang yang bisa bahasa Indonesia, saya menyapa dalam bahasa jawa halus, "Mau ke mana, Bu?" Yakz, setelah sapa-menyapa, ibu itu malah menasehati saya, supaya bekerja yang baik di HongKong, jangan terpengaruh teman-teman yang "nakal"... haaa??? Padahal saya sudah bilang kalau saya itu LIBURAN di HongKong :( Tapi kemudian saya sadar, hari itu Minggu dan Minggu = day-off para TKI. Ohooo, ternyata saya dikira TKW yang day-off (= liburan juga kan??) huhuhu... tampang TKI yaa :((
 Stasiun Tsim Sha Tsui :)


Di dalam MTR, nggak boleh makan/minum lho!

Sampai Central, kami masih harus jalan sebentar (sambil tanya-tanya) ke arah The Peak. Kami melewati taman yang dipakai orang-orang untuk berkumpul. Ibu-ibu juga pada senam tai-chi di situ, udah kayak Victoria Park deh. Kami jalan di tengah gerimis, dan tiba-tiba sepatu saya lapar!! Huuh, si Ad*das lapar di saat yang tidak tepat. Di HongKong nggak ada yang jual "makanan"nya lagi, sampai bosen saya tanya-tanya di 7El*ven. Ya udah, dengan cuek dan terseok-seok, saya jalan menuju Peak Tram Station di tengah hujan. Oiya, jalan ke sana lewat St. John's Cathedral. Jadi ingat, kalau Minggu harusnya ke gereja deh...

 Sosok saya terseok-seok di depan St. John's Cathedral >.<

Sampai di Peak Tram, kami beli paket yang termasuk tiket masuk Madame Tussauds seharga 180 HKD. Tadinya mau sekalian Sky Terrace (yang bisa muter 360 derajat lihat kota HongKong) tapi sayang, hujan berkabut, jadi Sky Terrace nggak direkomendasikan. Antrian naik Peak Tram nggak begitu ramai walaupun hari Minggu. Syukurlah :) Peak Tram seru juga, hehehe, saya mengagumi rem-nya :p bener-bener bisa mendaki gunung curam tuh Peak Tram. Kira-kira 15 menit "mendaki", kami sampai di Madame Tussauds dengan selamat.

Pemandangan dari Peak Tram
 Dipta & The Tram

Lorong menuju Madame Tussauds penuh dengan pedagang souvenir. Lengkap deh di sana. Cuma, kalau masih sempat keliling HongKong, jangan beli di sini karena fixed price & sedikit lebih mahal daripada di Ladies Market. Pintu masuk Madame Tussauds dijaga oleh "James Bond", wkwkwk.... Oh ya, di sana ada hal yang menjebak turis, mirip sama di Indonesia. Jangan percaya kalau disuruh foto & dibilang itu gratis... ntar disuruh beli hasil fotonya di luar. Tapi lumayan sih, dapat kue kering & amplop angpao (lumayan buat oleh-oleh :p). Di dalam museum lilin banyak replika tokoh terkenal yang bisa diajak foto-foto :D Bahkan lift pun bisa diajak foto.
 "James Bond" penjaga pintu masuk

Me and Gaga :)


Keluar dari museum lilin, kami masih sempat foto-foto di dekorasi imlek HongKong, ada wheel of fortune (main puter-puter aja walaupun nggak bisa baca hasil ramalannya :p), sama ada sumur permohonan buatan. Setelah itu lihat-lihat ke lantai berikut (Sky Terrace) terus ke jendela luar, eh memang berkabut :( Tapi beruntunglah, nggak jadi beli paket tiket Sky Terrace.
 Tias di Wheel of Fortune
 Sumur permohonan buatan

 HongKong view from The Peak :)


Dari The Peak, sekitar jam 15.30 kami jalan kembali ke stasium MTR Central. Iseng-iseng lihat jadwal misa di St. John's Cathedral, whoa, misanya jam 6 sore... Sia-sia ntar kalau nunggu misa minggu itu, nggak bisa ke Ladies Market & nonton Symphony of Light di Avenue of Stars tepat jam 8 malam. Kami memutuskan ikut misa harian hari Senin pagi saja :p dan melanjutkan perjalanan ke MongKok naik MTR. Walaupun ada leaflet peta MTR, kami bawa print out peta yang lebih lengkap (sampai Shenzhen) seperti di bawah ini:


 Peta MTR HongKong-Shenzhen, berguna lho!


Di MongKok ada Ladies Market, pasar malam yang memenuhi jalan-jalan di sana (jalannya sengaja ditutup untuk jualan). Berbagai toko barang elektronik & sepatu juga ada di sana. Sayangnya "makanan" untuk sepatu saya nggak ada... hiks, akhirnya saya beli sepatu di sana seharga HKD 120 :p daripada terseok-seok... Kalau diperhatikan, banyak fenomena menarik di sekitar Ladies Market. Ada orang-orang yang sibuk mengiklankan majikan dengan cara berdiri memegang papan (tulisannya huruf cina, nggak bisa dibaca). Lho?? Yup, di sana majikan "beriklan" untuk mendapatkan pembantu/babysitter. Karena hari minggu, banyak sekali TKW di sekitar kami (jadi nggak kelihatan seperti turis :S). Bahkan waktu mau balik ke Tsim Sha Tsui, ada TKW menyapa kami di stasiun MTR. Tanpa basa-basi, langsung "Dari agen mana mbak?" -gubrak, dikira TKW lagi deh...- ternyata dia TKW yang baru 2 minggu di HongKong. Sebelumnya dia di Singapura, jadi dia mau ke agennya, cuma bingung naik MTR dari jalur mana... heww... +.+
Sepatu yang "lapar" (kiri) & sepatu yang dibeli di Ladies Market (kanan)



Puas belanja di Ladies Market, kami buru-buru kembali ke Tsim Sha Tsui, untuk melihat Symphony of Light yang hanya dimainkan tepat pada pukul 20.00-20.15. Kami mampir ke penginapan untuk menaruh belanjaan dan menanyakan arah ke Avenue of Stars. Waktu itu pukul 19.30. Setelah itu kami buru-buru jalan ke arah yang ditunjukkan dengan menggigil kedinginan, brr.... Ternyata jauh juga... Kami kira Symphony of Light main di Avenue of Stars, ternyata mainnya di tepi dermaga HongKong, dekat Museum of Arts, hehehe... Beruntung kami tiba tepat waktu, pas jam 20.00, sehingga bisa menikmati permainan cahaya lampu gedung-gedung di sekitar dermaga yang spektakuler, diiringi simfoni ^^ What a great moment!! Saya hanya bisa mencantumkan foto di sini, karena videonya di Tias, hehehe... Jam 20.15 tepat, simfoni selesai dan permainan cahaya pun berhenti. Setelah itu masih ada perahu naga merah lewat di sana. Keren! Di sana juga ada taman lampion, mungkin dalam rangka imlek. Kami foto-foto dulu sampai puas :) baru jalan balik ke penginapan.
Symphony of Light

Jam ikon pelabuhan HongKong

 Taman lampion di dekat dermaga. 
Bangunan di belakangnya itu panggung untuk nonton Symphony of Light.


Nemu tulisan "Hong Kong", foto ahh...

Kami tiba di penginapan jam 10 malam kurang. Penjaga lift mengingatkan kami kalau jam 10 lift dimatikan (whaatt? kamar kami di lantai 12!). Yup-yup, belum terlambat. Begitu sampai kamar, langsung teparrr....


Besoknya adalah hari Valentine, 14 Februari 2011. Tias beli koran Malaysia yang ada berita kalau Malaysia menentang Valentine, tapi itu kan di Malaysia. We're in HongKong!! Jam 7 pagi HongKong masih sepi, belum ada kehebohan monday rush. Tujuan pertama kami adalah St. John's Cathedral di Central. Kami mau ikut misa harian jam 8 pagi. Monday rush baru terasa di stasiun MTR. Whoa... balapan jalan kaki! Orang masih saja jalan di lantai yang bergerak... ckckck... Nggak heran kalau perusahaan MTR HongKong mengadakan "Lomba Jalan Kaki". Kami ikut-ikutan sarapan ala HongKong. Mengantri di tempat jual makan, beli roti ham, dan dimakan sambil berdiri di tempat makan yang disediakan. Ini nih bedanya, tempat makan di sana cuma meja, nggak ada kursinya, dan orang makan cepat-cepat.
 Di dalam St. John's Cathedral


Kami misa selama 30 menit di St. John's Cathedral. Sepi, umatnya cuma 7 termasuk kami. Satu bule, 4 orang cina, dan kami. Pastornya bule dibantu 1 prodiakon cina. Misanya pakai bahasa inggris, tapi menyebut kata "Amen" seperti bahasa indonesia :D Selesai misa, kami menuju Ngong Ping (melenceng dari rencana semula yang harusnya ke Shenzhen dulu, soalnya masih takut kalau VOA Shenzhen masih ditutup, lagian ke Ngong Ping lebih dekat naik MTR-nya, sejalur).

Di tengah perjalanan menuju ujung Ngong Ping, kami mampir ke Sunny Bay. Lho kok Sunny Bay? Yup, kami ke Disneyland HongKong ^_^ Sampai stasiun Sunny Bay, kami naik kereta MTR Disney ke Disneyland. Tujuan utama ke sana yaitu foto-foto, bukti kalau sudah pernah ke Disneyland, hahaha... Tiket masuk Disneyland HK mahal. Kalau nggak salah HKD 350 per orang. Malas deh, soalnya kami cuma sebentar di sana. Karena sampai Disneyland masih terhitung "pagi" (padahal sudah jam 9.30-an), di sana masih lumayan sepi. Menjelang kami keluar Disneyland, barulah datang serombongan turis, hehehe...
Stasiun Sunny Bay

Di kereta "Mickey Mouse" :)

Gerbang Disneyland

 Taman di HK Disneyland
Antrian orang beli tiket masuk Disneyland

 Seperti ini lho dalamnya Disneyland ^^


Lanjut, kami sampai ke stasiun ujung Lantau Island, yaitu Tung Chung. Sampai sana, kami langsung mencari stasiun cable car terpanjang & ter-seru di sana, Ngong Ping 360 :) Kami masih semangat nih, walaupun udara dingin semakin menusuk. Setelah naik-naik sedikit, kami sampai di tempat membeli tiket cable car. Kami beli tiket PP, kira-kira HKD 120. Sebetulnya ditawari yang crystal cabin (lantainya tembus pandang, bisa lihat bawah), tapi kayaknya serem ah... Teman seperjalanan kami di cable car adalah sepasang kakek-nenek dari Inggris, korban bencana salju ekstrem. Mereka mengaku kedinginan dengan suhu udara saat itu (whew, orang Inggris aja kedinginan, apalagi orang Indonesia +.+). Untungnya bawa sarung tangan deh walaupun nggak sengaja kebawa (baca posting-an saya sebelumnya :p). Oiya, ternyata turis bule yang kami temui beberapa adalah korban bencana yang "kabur". Sebelumnya, di Kuala Lumpur, kami bertemu sepasang bule asal Australia yang jadi korban bencana banjir Queensland... heww, malah ngungsi sambil plesir...
Kembali ke cable car. Perjalanan menuju Ngong Ping Village membutuhkan waktu sekitar 25 menit naik cable car. Pemandangannya luar biasa. Kami menyeberang pulau, mendaki gunung, dan melihat HK International Airport dari atas (luar biasa bagi saya yang suka pesawat :p). Dari cable car kelihatan juga ada jalan setapak melintasi gunung menuju Ngong Ping Village. Ckckck... siapa yang rela jalan super-jauh di udara dingin seperti ini ya? Ninja Hattori mungkin :p ? Perlahan-lahan Giant Buddha mulai tampak. Sudah hampir sampai.
Sebagian pemandangan dari cable car :)


Me + Tias in the cable car



Begitu turun, serasa di dalam freezer. Tangan dan kaki beku, padahal sudah pakai sarung tangan dan sepatu (eh, salut sama Tias yang pakai sandal :). Kami foto-foto di perjalanan menuju Giant Buddha (masih lumayan jauh lho jalannya!). Sepanjang jalan, suasananya khas cina, di kanan-kiri ada toko oleh-oleh, dan menjelang gerbang masuk, banyak bangunan khas cina, seperti patung dewa, gapura, dan "benteng". Whua, kami masih harus menaiki anak tangga yang tinggi untuk mencapai Giant Buddha. Sebelum naik, kami membeli tiket masuk museum Giant Buddha seharga HKD 20, bonus makanan + dim sum vegetarian untuk nanti. Lumayan! Iseng-iseng kami bertanya ke bibi penjual tiket, suhu udara di Ngong Ping ini. Jawabannya: 3-5 derajat Celcius!! Pantesan serasa di freezer. Apalagi kalau angin gunung berhembus... brrr.... Untung ke Ngong Ping siang-siang. Coba kalau malam, tambah beku! Step by step kami naik sambil kedinginan dan ngos-ngosan. Setelah perjuangan yang berat, sampailah kami di Giant Buddha. Banyak biksu wanita dan ibu-ibu di sana. Mungkin sedang wisata rohani dalam rangka imlek. Yah, sebisa mungkin Tias dan saya tidak mengganggu mereka :) Kami foto-foto di atas lalu masuk (menghangatkan diri sebentar) ke museum di bawah tempat duduk Giant Buddha. Dalam museum nggak boleh foto-foto. Museum itu isinya memorial para donatur yang telah meninggal, manuskrip kitab suci, kaligrafi, lonceng kuno, dan lain-lain. Yang bikin ngiler saya tuh tanaman jeruk kecil-kecil dengan buah yang oranye di sepanjang jalan... pengen sih petik satu aja buahnya, tapi takut dimarahi Buddha +.+

Tiga ekor kelinci berpose bersama ^^ Happy Valentine!

Tias: Walking with Buddha

Bersama salah satu Dewa penjaga

Chinese gate

"Benteng"

 Me under the Giant Buddha

Patungnya besar-besar...

 Kedinginan!!

Setelah puas di atas, kami turun dan jalan-jalan ke kuil sekitar, sambil cari tempat menukarkan kupon "bonus" makan :) Banyak orang sembahyang di kuil itu. Kami menukarnya di tempat yang seperti kantin biara. Whoa ternyata porsinya banyak! Seimbang lah dengan HKD 20. Lebih malah :D Kenyang makan vegetarian, dilanjutkan foto-foto di taman bunga kuil. Perut terisi, dingin agak berkurang. Lumayan buat jalan sampai ke cable car.
Jeruknya bikin ngiler, huhuhu.... Belakangnya: road to Buddha, tinggi kan?

Toko souvenir & perlengkapan sembahyang di Ngong Ping

Menu "bonus" makanan: bihun, bubur tahu-jahe panas, dim-sum vegetarian

 Di depan sebuah kuil di Ngong Ping Village


Ini bacanya apa ya? Jangan-jangan "dilarang memotret"...

Balik ke stasiun Tung Chung, kami terombang-ambing selama 25 menit di udara. Kali ini eksklusif. Satu cable car hanya untuk kami berdua :D Sampai di stasiun MTR, kami merasa kalau saldo Octopus Card kami kurang untuk mencapai Luo Wu (way to Shenzhen), soalnya harus ganti jalur dua kali. Aturan MTR, kalau ganti jalur (ganti warna, lihat peta di atas), bayarnya lebih mahal. Jadi, harus dihitung jalur yang paling efisien :D Cara tambah saldonya juga pakai mesin seperti ATM, masukkan uang terus saldonya nambah. Sekali lagi, kami tersandung masalah "buta huruf", hukz, terus kami nyontek deh sampai ada seorang koko isi kartu :p Kami tambah saldo sebesar HKD 50. Daripada nggak bisa pulang.... Share nih, rute kami menuju Shenzhen: Tung Chung (oranye) - Lai King (merah) sampai Tsin Sha Tsui - jalan ke East Tsim Sha Tsui (biru muda) sampai Luo Wu. Jalur lebih singkat, cuma ganti 3 warna. Perjalanan membelah HongKong lumayan cepet juga, sekitar 2 jam. Semakin ke perbatasan, semakin sepi gerbongnya. Pemandangannya juga lumayan, seperti di film "Minggu Pagi di Victoria Park", para TKW menjemput anak majikan pulang sekolah, naik MTR, pada ngobrol sendiri-sendiri.. begitulah. Kami juga satu gerbong dengan sepasang orang Afrika (kalau nggak salah). Tampaknya mereka juga bermaksud ke Shenzhen. Kereta yang kami tumpangi ternyata mengarah ke Lok Ma Chau, jadi kami dihimbau turun di Seung Shui dan berganti kereta yang menuju Luo Wu melalui rekaman audio di kereta. 

Yeah, beberapa saat lagi kami akan tiba di Cina daratan ^^ deg-degan, bisa VOA nggak ya? Hehehe... tunggu posting selanjutnya: 3 Hours in Shenzhen :)

Tuesday, May 10, 2011

Marketing on "Glee"

Saya termasuk salah satu penggemar serial remaja "Glee" setelah dulu diminta adik saya untuk membelikan keping DVD season 1-nya. Bagi pembaca yang belum familiar, Glee adalah serial televisi yang ditayangkan oleh Fox, Amerika Serikat. Waktu tayangnya -saat ini- hari Selasa malam waktu setempat.

Serial Glee sendiri telah menjadi tren bagi remaja Indonesia. Para tokoh dan ceritanya sering dibahas di majalah-majalah remaja (termasuk adik saya tahu Glee dari sumber ini). Good channel for teenagers target :) Terkait dengan marketing, Glee merupakan sarana yang sangat baik untuk memasarkan sesuatu. Nah, apa saja "sesuatu" itu?

Orang, para pemeran tokoh Glee tidak begitu terkenal sebelumnya. Sebut saja Matthew Morrison, Lea Michele, Cory Monteith, Jane Lynch, Chris Colfer, Mark Sailing, Naya Rivera, dan kawan-kawan, kebanyakan nama tersebut masih asing di telinga orang Indonesia. Kini, para pemeran tokoh Glee menjadi terkenal berkat serial tersebut. Well, kalau diperhatikan baik-baik, ada yang mirip artis yang sudah terkenal, seperti Lea Michele (Rachel) yang seperti Anna Hathaway, Mark Sailing (Puckerman) yang mirip Robbie Williams, Heather Morris (Brittany) yang memang dimiripkan Britney Spears, dan Chord Overstreet (Sam) yang mirip Macaulay Culkin waktu kecil ^^


Musik, yea, musik yang tadinya kurang dilirik oleh remaja, kini menjadi tren favorit. Contohnya, Don't Stop Believin'-nya Journey sekarang jadi sangat terkenal dan dinyanyikan di mana-mana, setelah dibawakan oleh Glee dengan konsep yang fresh. Termasuk teman-teman dari PSM UGM alias "Wrong Directions" :)


Fashion, salah satu yang menonjol di Glee adalah kostumnya yang menginspirasi remaja. Serial ini bisa jadi sarana pemasaran fashion yang oke, sampai-sampai alur ceritanya pun terpengaruhi. Di season 2, ada trio cheerleaders Quinn, Santana, dan Brittany yang dipecat dari Cheerios. Hahaha... syukurlah, dengan begitu di setiap episode selanjutnya kostum mereka bisa bebas, bukan seragam cheers WMHS lagi. Begitu pula baru-baru ini, tokoh Kurt Hummel kembali ke McKinley High School, setelah beberapa episode mengenakan seragam sekolah cowok Dalton. Jadi lengkap deh, mau gaya aneh, gaya norak, gaya cupu pun ada :))




Event, kelanjutan dari fenomena Glee ini adalah adanya berbagai event related to Glee. Entah itu nonton bareng, show para bintang Glee, kuis, interview para bintang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini dapat menggerakkan roda perekonomian, tidak hanya di Amerika Serikat, namun juga di negara-negara lain yang mengenal Glee. Misalnya, tayangan ulang di salah satu stasiun TV swasta Indonesia pasti disisipi oleh iklan atau kuis sponsor kan? Kita menonton, mereka beriklan. Kira-kira begitulah.


Pendidikan, latar belakang cerita Glee adalah sekolah. So, pasti erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Mulai dari deskripsi situasi sekolah di Amerika Serikat, sampai isu-isu pendidikan yang sering terjadi, antaralain: bullying, diskriminasi ras, gay, broken-home, kehamilan, operasi plastik, dan lain-lain. Isu-isu tersebut jarang dibahas di sinetron negeri sendiri yang isinya cuma marah & nangis. Ada juga bahasa. Amerika Serikat menggunakan bahasa inggris dengan aksen dan kata yang berbeda. Dari film ini, banyak slang dan ungkapan yang 'dipopulerkan'. Misalnya: "Lebanese" (diambil dari lagunya Lady Gaga - Born This Way) dan "Play for the other team" :p


Makanan, Di Glee pernah ada Breadstix dan tentu saja sering membuat jenis makanan atau minuman tertentu menjadi ngetren. Contohnya: slushy dan tots.



Subliminal advertising, ini mungkin istilah yang jarang digunakan teman-teman non-pemasaran :) Pernah nonton film atau video-klip yang secara nggak sengaja memperlihatkan merek tertentu? Ini tidak hanya terjadi di Glee, tapi banyak film lainnya. Misalnya saat adegan menyanyi diiringi musik. Setidaknya ada keyboard "Korg" dan piano "Baldwin" di sana, hehehe... Di mall, kalau diperhatikan, ada "J.Dew" dan "Jolliebee" :)


Selain yang sudah saya sebutkan di atas, masih banyak seni marketing dalam film. Macam-macam yang bisa diperhatikan dan diteliti. Marketing management ikut mewarnai Fakultas Ekonomika & Bisnis dengan seninya, sekaligus dapat menjadi pelepas stres akibat banyak berkutat dengan angka, hehehehe... (stereotype ekonomi = duit = angka, sadly). Yup, it's time to enjoy the movie !^^!
 

Friday, May 6, 2011

Easter Nowadays

Paskah 2011 baru saja dirayakan 2 minggu yang lalu. Saat mengikuti misa malam Paskah, saya jadi teringat bahwa Paskah sebelum Yesus adalah saat Israel terbebas dari Mesir di bawah pimpinan Musa. Sebelum pembebasan tersebut, menurut kitab Keluaran, terdapat beberapa tulah (semacam kutukan) untuk mengingatkan bangsa Mesir supaya bertobat. Iseng-iseng buka Kitab Suci yang sudah lama nggak dibuka, saya menemukan ini.

Tulah pertama: Air menjadi darah
Hal ini dapat dilihat di Antartika. Terdapat air terjun menyerupai darah. See:

Di India, ada hujan darah. See:



Sadly, tampaknya peperangan dan kerusuhan yang terjadi di zaman modern ini dapat mengubah air menjadi darah pula. Di Indonesia sendiri, sebelum paskah ada kerusuhan Temanggung dan pertentangan Ahmadiyah. Belum lagi kerusuhan revolusi Timur Tengah, termasuk Mesir dan Libya. Berapa banyakkah darah yang tumpah?

Tulah kedua: Katak
Di Jepang sudah terjadi hujan ikan (temannya katak, hehehe) setelah tsunami dan laut terkontaminasi nuklir. Banyak ikan aneh nyasar.

Tulah ketiga: Nyamuk
Zaman Musa, mungkin nyamuk 'didatangkan' untuk memberi makan katak, hehehe... Tapi saat ini -terutama di daerah tropis- penyakit-penyakit yang diperantarai nyamuk masih mengancam. Mulai dari DBD, malaria, kaki gajah, dan sebagainya.

Tulah keempat: Lalat pikat
Lagi-lagi serangga. Masih ada lalat tse-tse di Afrika dan lalat masih menyebarkan penyakit seperti kolera dan disentri.


Tulah kelima: Penyakit sampar pada ternak
Ini juga sempat menyerang manusia di zaman modern ini. Masih ingat penyakit anthrax? Sapi gila? Dari mana datangnya penyakit ternak yang membahayakan itu?


Tulah keenam: Barah
Barah adalah semacam penyakit. Ya, berbagai penyakit baru bermunculan saat ini. Penyakit tersebut dapat mematikan manusia dan belum ada obatnya. Sebut saja HIV-AIDS dan berbagai flu yang 'bermutasi'. Para farmasis sampai saat ini masih berjuang menemukan obatnya. Mengapa muncul penyakit demikian?

Tulah ketujuh: Hujan es
Yang ini telah terbukti. Beberapa waktu lalu sebelum Paskah, ada hujan es di Jakarta, Ibukota Indonesia yang terkenal sebagai negara tropis. Tidak kalah mengherankan dengan hujan es pada zaman Musa di Mesir. Yang aneh pula, di saat seharusnya musim kemarau pada bulan November-Desember, malah turun salju di Australia!! Yah, mulai terbalik-balik.

Tulah kedelapan: Belalang
Ulat bulu dan belalang mendadak bermunculan di Probolinggo dan kota-kota lainnya. Hal ini merupakan 'bencana' alam bagi masyarakat.

Tulah kesembilan: Gelap gulita
Di zaman modern ini, gelap gulita akan terjadi bila listrik mati (dimatikan PLN, hehehe). Listrik mati karena kekurangan sumber daya generator/pembangkit listrik. Salah satu penyebabnya, bahan bakar fossil terus dieksploitasi tanpa usaha pembaharuan. Ya, suatu hari nanti bila bahan bakar tersebut habis, maka dunia akan gelap gulita.

Tulah kesepuluh: Kematian anak sulung
Dalam budaya patriarchal Timur Tengah yang kuat, kedudukan anak sulung -terutama yang laki-laki- sangat penting. Raja/Pharaoh pun akan digantikan oleh anak sulungnya. Oleh karena waktu itu Mesir tidak sadar-sadar juga, maka Tuhan memperingatkan kembali dengan 'mengambil' anak sulung mereka. Kejadian belum lama ini mengingatkan saya kepada tulah kesepuluh. Pemimpin Libya, Khadafi baru saja kehilangan salah seorang anaknya karena suatu serangan. Kebetulan kedudukan sang anak cukup penting di dunia politik Libya. Di dunia modern ini, akankah Tuhan mengingatkan kita bila kita terus berada dalam kesalahan?

Selain "mencocokkan" tulah-tulah tersebut, zaman sekarang muncul hal-hal ajaib yang tadinya hanya ada dalam dongeng. Sebut saja buku yang bisa meledak dan bajak laut. Hari gini masih ada bajak laut! Bagaikan dongeng... 

Orang juga jadi hobi membolak-balik fakta, sehingga membingungkan "korbannya". Yang seharusnya salah menjadi benar, dan sebaliknya. Maraknya kembali isu terror baru-baru ini mengindikasikan bahwa ancaman "bolak-balik fakta" atau brainwash masih tersebar di mana-mana. Orang mudah dihasut. Di televisi, siaran berita serius malah menjadi konyol, karena para pembicara sibuk membolak-balik fakta. Contohnya: kasus Prita Mulyasari, konsumen protes kok malah dituntut dan negara diam saja; DPR memboroskan uang rakyat untuk plesir dan membangun gedung, dan lagi-lagi nggak ada yang bisa menyadarkan bahwa itu salah; kasus suap, korupsi, dan money laundering yang semakin nggak jelas tersangkanya; terror dan brainwash, seolah-olah Tuhan menyuruh orang untuk membunuh, padahal Tuhan tidak pernah menyuruh untuk merusak ciptaan-Nya sendiri, apalagi menghilangkan nyawa. Terlalu banyak hal yang perlu "diingatkan".

Pesan yang saya tangkap dari fenomena-fenomena di sekitar hari raya Paskah ini adalah "Segeralah bertobat dan perbaiki cara pandang/cara hidup yang salah." Tuhan sudah memperingatkan melalui beberapa fakta di atas dan Tuhan masih sabar menunggu kita untuk kembali ke jalan yang benar. Selamat Paskah!