Thursday, October 13, 2011

Kualifikasi Inkubator

Tulisan ini berarti tanda-tanda kalau saya ingin memindahkan isi otak, supaya nggak cepat pikun :) Setahun yang lalu, saya masih bekerja di sebuah pabrik farmasi di Cikarang. Waktu kuliah farmasi sampai selesai profesi Apoteker, saya tidak pernah membayangkan kalau akan bekerja seperti ini di bagian Quality Assurance. Dulu, bayangan saya seorang Apoteker di bagian Quality Assurance menjamin (menguji) kualitas produk farmasi yang diproduksi pabrik, sehingga turut menentukan batch itu rejected (ditolak) atau released (dilepas ke pasar). Saya membayangkan seperti itu, karena Apoteker kan, yang lebih tahu tentang produk farmasi, daripada tentang mesin.

Bayangan saya meleset. Dua minggu setelah saya resmi menjadi karyawan pabrik tersebut, datanglah tugas pertama saya: kualifikasi inkubator di laboratorium mikrobiologi. Inkubator adalah lemari yang bisa di-set suhunya. Biasa digunakan untuk menyimpan media bakteri/jamur di laboratorium mikrobiologi. Oh, ternyata Apoteker di bagian Quality Assurance itu kerjanya menguji peralatan dan infrastruktur ya, bukannya produk farmasi >.< So, tanpa pelatihan resmi sebelumnya, saya "terpaksa" menyusun sendiri prosedur kualifikasi inkubator tersebut dan melaksanakan kualifikasi dengan tangan saya sendiri :). Tau kerjaannya gini, dulu kuliah pharmaceutical engineering aja (#curcol :p). Nah, saatnya berbagi ilmu.

Prinsip kualifikasi inkubator kurang lebih sama dengan kualifikasi oven, lemari pendingin, ruang penyimpanan, dan autoklaf. Yang disebut terakhir ini agak sedikit berbeda, karena autoklaf juga menggunakan tekanan uap, tidak sekedar suhu tertentu. 

Prinsip yang pertama adalah menguji penyebaran suhu udara dalam inkubator. Untuk mengetahui penyebaran suhu, maka yang harus dilakukan pertama kali adalah mempelajari struktur/bentuk inkubator, letak sumber panasnya, sensor, dan sirkulasi udaranya (perhatikan letak exhaust, bila ada). Setelah memahami struktur dan bentuk inkubator, selanjutnya gunakan thermocouple dan thermorecorder yang sudah terkalibrasi untuk merekam dan memantau suhu dalam inkubator selama waktu tertentu (biasanya berdasarkan waktu pemakaian). Dulu saya belum tahu alat-alat macam thermocouple dan thermorecorder. Membayangkan saja nggak pernah! Saya pernah dicobai oleh seorang petugas kalibrasi, dia menunjukkan seonggok kabel dan bertanya kepada saya, "Ini apa, mbak?" Ya saya jawab, "kabel." karena bentuknya memang seperti gulungan kabel. Nggak tahunya kabel itu yang disebut thermocouple karena menghubungkan titik yang ingin dipantau suhunya dengan thermorecorder (memang seperti kabel pemantau suhu). Pemasangan thermocouple harus berhati-hati agar pengukurannya valid. Jangan sampai ujung thermocouple menyentuh konduktor panas inkubator. Data suhu direkam menggunakan disket kecil (jadul, hehehehe) dalam thermorecorder. Yang namanya thermorecorder ini bentuknya seperti TV portabel. Tugasnya sebagai display suhu setiap titik pengukuran dalam inkubator. Tidak lupa, suhu yang ditampilkan oleh thermorecorder dibandingkan dengan suhu pada display inkubator. Kalau selisih jauh, berarti ada yang salah pada display atau sensor display inkubator. Hasil pengujian yang baik adalah bila suhu dalam inkubator merata, stabil, dan sesuai dengan setting atau display-nya.

Thermocouple (yang seperti kabel) dipasang di port thermorecorder


Prinsip kedua, pemantauan suhu setiap titik pengukuran saat inkubator dibuka dan ditutup kembali. Saat inkubator dibuka, ada udara dari luar yang masuk. Hal ini akan mempengaruhi suhu di dalam inkubator. Terlebih bila membukanya lama. Penentuan lama waktu membuka-menutup tergantung pada penggunaan. Dengan pengujian ini, waktu maksimum inkubator dibiarkan terbuka akan diketahui, begitu pula lama waktu yang diperlukan inkubator mencapai suhu setting saat inkubator ditutup kembali. Hasil yang baik adalah bila inkubator mampu menjaga stabilitas suhunya saat pintu dibuka dan ditutup kembali.


Prinsip ketiga adalah antisipasi bila terjadi pemadaman listrik (power failure). Mirip dengan prinsip buka-tutup pintu, yang dilihat waktu stabilitas dan pengembalian suhu. Pada pengujian ini, inkubator dimatikan beberapa saat sambil dipantau penurunan suhunya, lalu dinyalakan kembali dan dipantau suhunya hingga mencapai suhu setting. Hasil kualifikasi yang diharapkan adalah inkubator mampu menjaga suhunya pada waktu yang maksimal saat listrik padam, hingga generator pabrik dinyalakan, dan penyesuaian suhu saat inkubator dihidupkan tidak memerlukan waktu lama.


Prinsip terakhir, pengujian kualitas inkubator harus dilakukan pada beberapa kondisi: kosong, terisi penuh, dan terisi sebagian. Isi yang digunakan juga tergantung pada pemakaian inkubator tersebut. Biasanya digunakan media bekas pakai sebagai "dummy". Dengan demikian, dapat diketahui pemerataan suhu dalam inkubator dengan berbagai kondisi. Hasil yang diinginkan adalah suhu tetap terdistribusi rata sesuai dengan setting dan display saat kondisi kosong, penuh, maupun terisi sebagian.


Thermohygrometer alias data logger


Sebagai pengetahuan tambahan, untuk kualifikasi autoklaf, selain thermocouple dan thermorecorder, diperlukan juga bakteri sebagai media pengujian, karena autoklaf merupakan alat sterilisasi yang membuat barang atau produk bebas dari makhluk hidup yang mencemarinya. Sedangkan untuk pemantauan ruangan, biasanya diperlukan thermohygrometer atau data logger sebagai pengganti thermocouple dan thermorecorder untuk merekam suhu sekaligus kelembaban udara di titik ruangan tertentu, pada rentang waktu tertentu. Jadi ingat, (#curcol lagi :p) kalau kualifikasi suhu ruangan, maka dengan tinggi badan yang terbatas ini saya harus memanjat, meletakkan thermohygrometer di sudut-sudut ruangan, menggotong tangga, dan membawa peralatan kualifikasi, sendirian.



2 comments:

  1. ada protap oven n otoklaf gak??
    mau donk..
    thanks

    ReplyDelete
  2. Sorry, saya sudah nggak berurusan sama kerjaan seperti ini lagi sekarang, sudah keluar :D
    Semua prosedur kualifikasi yang saya buat sudah saya serahkan ke perusahaan...

    ReplyDelete