Wednesday, March 16, 2011

M*ndala oh M*ndala

Good morning...

Ini adalah hari kesekian saya menunggu uang tiket M*ndala saya kembali :S
Bulan November 2010 yang lalu saya membeli tiket Jakarta-HongKong & Jakarta-Jogja untuk 3 & 7 Februari 2011 kemarin, juga tiket Jakarta-Singapura untuk bulan April besok. Tiket-tiket tersebut waktu itu dijual sangat murah oleh M*ndala. Bayangkan, seat ke Singapura hanya Rp20.000-an!! Ketika M*ndala mendadak berhenti beroperasi tanggal 13 Januari 2011 yang lalu, saya jadi ingin berbagi opini mengenai kejadian ini, walaupun saya nggak tau, apa yang sebenarnya terjadi.

Mari berandai-andai...
M*ndala hanya memiliki sedikit pesawat. Mayoritas pesawat yang digunakan M*ndala untuk beroperasi sehari-hari adalah sewaan (leasing). Konon kabarnya Mandala berhenti beroperasi karena tidak mampu membayar sewa (perjanjian leasing) pesawat dan gaji karyawannya sudah pending beberapa bulan.

Apa hubungannya dengan penjualan tiket promo yang sangat gencar sebelum itu? Ini nih opini saya...

1. M*ndala ingin melakukan "Window Dressing" yaitu istilah dalam financial management untuk mendandani laporan keuangan, sehingga tampak cantik dan menarik di mata orang yang membacanya. Lho kok bisa?? Ya, penjualan tiket akan menambah sales revenue, sehingga seolah-olah M*ndala mendapat cash banyak saat itu, juga jumlah konsumen yang banyak akan membuat orang "melirik" perusahaan ini.

2. Laporan keuangan yang sudah diperindah ini digunakan untuk menggaet investor. Cash yang banyak membuat M*ndala seolah-olah likuid, yang berarti mampu membiayai operasi sehari-hari. Namun ternyata jatuh tempo utang dan biaya sewa tak terkejar, sehingga perusahaan ini mengorbankan kegiatan operasi sehari-hari dan berusaha "membayar" utang dengan cash dari promo-promo mendadak itu. Berhentinya kegiatan operasi akan mengurangi cost operasional.

3. Berdasarkan konsep time value of money, uang yang "dipegang" sekarang akan lebih berharga dibandingkan saat mendatang. Bisnis penerbangan sering memanfaatkan konsep ini, karena konsumen membayar tiket saat ini untuk terbang di masa yang akan datang. Nah, cash yang didapat perusahaan saat ini (padahal mengeluarkan biaya untuk terbang-nya masih di waktu yang akan datang) dapat digunakan untuk investasi. Entah itu "diputar" di pasar saham, obligasi, forex, didepositokan, ataupun hanya didiamkan di rekening bank, itu juga sudah menghasilkan bunga atau keuntungan. Bayangkan jika 1 konsumen yang akan terbang belanja senilai Rp1.000.000 saja, berapa yang akan didapat perusahaan dari seluruh konsumen yang membeli tiket??
Kemungkinan perusahaan "menahan" refund -selain karena pengadilan- mungkin juga karena ini.


4. Keberhasilan negosiasi dengan para kreditur "menyelamatkan" M*ndala dari sebagian utang dan (mungkin) tuntutan pailit. Amit-amit deh kalau sampai dituntut pailit (= bangkrut!!). M*ndala berhasil "merayu" kreditur yang meminjami uang (baca: modal), untuk mengubah piutang terhadap M*ndala menjadi saham atau tanda kepemilikan atas perusahaan ini (mungkin terpukau dengan "prospek" M*ndala hasil "Window Dressing" itu ya?). Dalam struktur modal M*ndala berarti komposisi utang akan berkurang, digantikan oleh komposisi stock atau saham yang bertambah. Artinya, para kreditur yang semula hanya meminjami uang, menjadi ikut memiliki M*ndala. Besok-besok berarti M*ndala harus bagi-bagi dividen bagi para kreditur a.k.a investor itu, hehehe...


Yang disayangkan, mengapa M*ndala menutup-nutupi masalahnya dan memanfaatkan uang (atau menipu?) konsumen dengan promo-promonya. Untungnya masih banyak orang yang percaya (termasuk saya) walaupun ujung-ujungnya dirugikan: nggak jadi terbang & refund belum jelas. Yeah... semoga uang saya bisa dan cepat kembali, supaya bisa "diputer" juga dong :))

No comments:

Post a Comment